Jakarta —
Menanyakan banyak hal kepada Mbah Google adalah hal yang lumrah, namun bukan berarti Google punya semua jawabannya. Salah satunya adalah mencari tahu penyakit apa yang Anda derita berdasarkan mesin pencari.
Ada beberapa alasan untuk tidak memberi tahu Google tentang gejala yang Anda alami. Sebaiknya jangan diulangi lagi, lebih baik periksakan langsung ke dokter untuk mengetahui jawaban pastinya.
Berikut rangkuman detikINET dari Noorani Medical Center.
3 Alasan Mengapa Anda Tidak Harus Mencari Gejala Penyakit di Google
Ada tiga alasan untuk tidak mencari gejala di Google: 1. Penyakitnya rumit
Alasan utamanya adalah beberapa gejala penyakitnya serupa. Tingkat intensitasnya pun berbeda-beda. Tanpa pengetahuan dan pelatihan yang tepat, serta ketidakmampuan untuk memahami konteksnya, hampir mustahil menemukan akar permasalahannya.
Misalnya saja Anda sedang pilek, batuk, dan sakit kepala. Gejala-gejala tersebut juga terlihat pada berbagai penyakit seperti flu, pneumonia, COVID-19, dan kanker paru-paru. Ada kemungkinan Anda hanya menderita alergi atau pilek, namun tanpa pelatihan medis bertahun-tahun, Anda tidak dapat mendiagnosis penyakit Anda berdasarkan gejala yang Anda alami. Ada orang yang khawatir
Terkadang saat Anda mencari di mesin pencari, Anda akan menemukan daftar pilihan buruk yang belum tentu benar. Misalnya, Anda memang pilek karena alergi, namun pencarian Google menunjukkan adanya penyakit lain yang lebih berbahaya, seperti COVID-19.
Daripada khawatir, lebih baik segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui akar penyebabnya. Selain membuat Anda khawatir, gejala tersebut bisa segera hilang dengan pengobatan yang tepat. Anda (mungkin) bukan seorang dokter
Kecuali Anda seorang dokter, sebaiknya jangan gunakan gejala Google untuk menebak penyakit apa yang Anda derita. Tanpa sepengetahuan dokter, Anda tidak tahu tes apa saja yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Tonton video “Google menghapus riwayat lokasi pengguna di Google Maps” (dengar/dengar)