Jakarta –
Migrain adalah jenis sakit kepala yang berpindah dari sisi ke sisi. Tidak bisa dianggap enteng, ternyata migrain bisa jadi merupakan gejala gangguan otak. Bagaimana mungkin?
Ketua Kelompok Kerja Sakit Kepala Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdosni) Dr. Devi Ariani Sudibyo, SpN menjelaskan, saat migrain terjadi, kondisi ini tidak hanya menyerang saraf otak tapi juga pembuluh darah. Masalah migrain yang akhirnya dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat bahkan menghambat aktivitas.
“Penyakit otak yang dimaksud melibatkan banyak serabut saraf dan mediator inflamasi yang memperburuk rasa sakit,” jelas Dr. Devi pada Rabu (3 Juli 2024) bertemu dengan awak media di Jakarta Selatan.
Jadi sumber utamanya bukan dari tempat lain, tapi dari otak itu sendiri. Tapi pada penderita migrain, misalnya pada scan MRI, hasilnya normal, lanjutnya.
Dr. Devi mengatakan, ada beberapa tanda migrain seseorang sudah mencapai tahap parah. Salah satunya adalah obat pereda nyeri yang Anda konsumsi tidak lagi mempan.
Jika gejala seperti itu terjadi, Dr. Devi segera menemui dokter keluarga atau dokter spesialis. Hal ini penting untuk menemukan pengobatan yang tepat dan menentukan apakah migrain yang Anda alami ada kaitannya dengan kelainan otak.
“Kadang kita suka menganggap remeh: ‘Oh, minum obat saja pasti akan baik-baik saja,’ ya kalau masih bisa ditoleransi, tapi bagaimana kalau tidak? Jika obat sudah tidak efektif lagi atau membuat sakit, “Harus hati-hati, harus segera ke dokter,” tegasnya. Tonton video “Mengenali beberapa faktor penyebab migrain” (avk/naf)