Ibukota Jakarta –
Kampoeng Gallery adalah sebuah kafe yang terletak di dekat Stasiun Kebayoran Lama dan Pasar Loak Kebayoran Lama. Pemiliknya, Ivan Moningka.
Jarak dari Stasiun Kebayoran Lama dan Pasar Loak Kebayoran Lama menjadi daya tarik kafe ini. Ivan sangat mengedepankan barang-barang lama dan bekas yang mungkin dianggap tidak berguna oleh sebagian orang sebagai benda yang bisa dibawa keluar dan ngopi bersama.
Ivan yang akrab disapa Paman Ivan ini mengaku menyukai barang-barang lama sejak duduk di bangku sekolah. Kecintaannya pada buku dan terutama musik membawanya untuk mengoleksi barang-barang tersebut.
Seiring berjalannya waktu dan koleksi barang-barangnya selain buku dan lembaran musik semakin bertambah serta statusnya berubah dari single menjadi “double mixed” alias menikah, Paman Ivan mulai menerima permintaan serupa dari istrinya. Dia sudah menikah dan menerima banyak permintaan dari istrinya. Ia juga diminta memilih keluarganya atau barang-barang dari koleksinya.
Paman Ivan pun memilih keluarga, namun bukan berarti membuang seluruh koleksinya. Ia mengatur barang-barang koleksinya yang layak dilestarikan dan yang sebaiknya dijual.
Dari pertimbangan tersebut, ia akhirnya menjual sejumlah koleksi yang masih bernilai. Karena tempat ini dekat pasar loak, dia mulai menjual barang dagangannya. Ternyata barang bekas yang dijualnya banyak yang laris manis sehingga banyak orang yang tertarik dengan koleksinya.
“Saya tahu setelah melihat barang-barang saya bahwa saya mempunyai penghasilan yang lumayan. Wah ternyata banyak yang berminat,” ujarnya kepada detikTravel, Selasa (21 Mei 2024).
Melihat peluang besar yang ada dihadapannya, ia memutuskan untuk berhenti bekerja untuk fokus pada bidang yang dicintainya. Momen itu terjadi pada tahun 2010. Tahun itu menjadi peluang keduanya untuk terjun ke bisnis barang bekas dan akhirnya membuka tempat berkumpul tersebut.
Saat itu, ia mulai memahami lebih dalam dan melihat semakin banyak peluang mencari keuntungan yang terbuka baginya, yang kenyataannya tidak banyak. Melalui Galeri Kampoeng dan artefak yang dikumpulkannya, diharapkan dapat mengedukasi generasi muda tentang kisah di balik koleksinya.
“Jadi mereka tidak menjual barang-barang antik (yang mengesankan), mereka menjual sejarah. Dengan adanya platform Kampoeng Gallery, mereka tahu dan memahami sendiri, ‘oh, ternyata barang-barang lama juga begitu,’” ujarnya.
Dia mengatakan siklus jadul telah kembali. Faktanya, kata Ivan, generasi sekarang banyak yang menyukai dan menggunakan barang-barang vintage. Misalnya, ia menyebut cara berpakaian anak muda masa kini yang mirip dengan gaya masa mudanya.
Setelah itu, Paman Ivan pun menjelaskan tentang barang-barang yang dikumpulkannya seperti soda dan sabun mandi. Dengan barang yang dimilikinya, anak muda bisa datang ke tempatnya untuk melihat langsung barang tersebut dan akan dijelaskan oleh Paman Ivan.
Inilah yang dimaksud dengan melek huruf melalui tulisan-tulisan jadul. Paman Ivan juga memamerkan koleksi bukunya, dan Galeri Kampoeng memperbolehkan pengunjung membaca tanpa membayar sepeser pun, bahkan gratis. Namun hanya untuk dibaca di website dan tidak dapat dipinjam atau diambil, kecuali dibeli oleh pengunjung.
Pada pertengahan tahun 2013, ia mengukuhkan nama Kampoeng Gallery sebagai tempat anak muda bersenang-senang di waktu senggang. Sebenarnya tempat ini sudah ia kelola sejak tahun 2010, namun nama Galeria Kampoeng baru muncul pada tahun 2013.
“Dan pada tahun 2013, saya menamakan dan menamakannya Galeri Kampoeng dan seorang teman bernama Paman Hari Murti berkata: ‘Mari kita beri nama tempat ini, tetapi dari tahun 2010 hingga 2013 tidak ada namanya’”, ujarnya.
Ia juga mendefinisikan Galeri Kampoeng bukan sebagai kafe melainkan tempat bersenang-senang. Alasannya karena untuk berkembangnya ekosistem masyarakat di kawasan ini banyak terdapat ruangan-ruangan multifungsi seperti area jamming, area membaca, area diskusi dan area lainnya.
Hal ini tak ia sebutkan dan diberi judul kafe di Kampoeng Gallery, upayanya untuk mengedukasi khalayak luas melalui artikel-artikel jadulnya mendapat respon positif. Tidak hanya komunitas luas yang datang dan pergi, berbagai komunitas juga berpartisipasi dalam menggunakan situs ini sebagai ruang berekspresi.
“Hal inilah yang membuat Kampoeng Galley tetap eksis hingga saat ini berkat silaturahmi dengan komunitas dan teman-teman yang mempunyai perasaan dan visi yang sama,” jelas Ivan.
Dan bagi masyarakat dan setiap orang yang ingin memanfaatkan area yang ada di Galeri Kampoeng, Paman Ivan tidak dipungut biaya apapun. Hal itu ia sampaikan karena memudahkannya mencari ruang untuk berekspresi.
“Untuk membangun kesadaran seni dan budaya di kalangan teman-teman muda saya, saya memberi mereka hadiah gratis, seperti ‘Paman, saya punya bakat seperti itu, apakah kamu mau melakukannya? di Galeri Kampoeng atau tidak ‘minta gratis’, dia menambahkan. .
Di tempat ini, Paman Ivan juga banyak menggelar monolog, sandiwara, tarian, pertunjukan musik daerah, dan opera puisi. Jadi, selain sebagai tempat nongkrong asyik dan penuh cerita barang-barang jadul, Galeri Kampoeng juga menjadi tempat masyarakat berkembang dan berekspresi.
Tempat yang mudah diakses, Kampoeng Gallery telah bertransformasi dari tempat menjual benda-benda bekas koleksi pemiliknya menjadi ruang komunal yang bisa digunakan secara gratis untuk berbagai aktivitas bersama lainnya. Saksikan video “Sore ini kendaraan menuju Taman Margasatwa Ragunan merayap” (fem/fem)