Jakarta –
Gabungan Pengusaha Retail dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Happendo) mengungkapkan impor benih ilegal masih marak terjadi. Faktanya, impor benih ilegal dari Tiongkok diperkirakan bernilai $1,4 miliar, menurut CEO Hoppendo Budihardjo Edwanja.
Budi Hardjo mengatakan tren tersebut adalah perbedaan data impor antara Indonesia dan China. Kemudian, perbedaan tersebut ditampilkan sebagai data impor ilegal dari Tiongkok.
“Jadi data impor benih dari China sendiri berbeda dengan yang diterima. Ada resiko ilegal, kalau tidak salah data ini beda 1,4 miliar dolar. Ini FGD sebelumnya. Dari Informasinya, katanya dalam jumpa pers di Jakarta Pusat, Serina, Jumat (5/7/2024), impor ilegal sebesar 1,4 miliar dolar.
Menurut Bodhihardjo, pihaknya tidak setuju pajak tambahan seperti bea masuk anti dumping (BMAD) akan dikenakan pada tarif tinggi. Menurut dia, pajak ini pantas dikenakan pada produk berpendapatan rendah.
“Impor itu termasuk impor merek internasional yang tidak bisa dihilangkan, harganya mahal. Jadi ada importir yang murah. Jangan bayar 200% semuanya, tidak mungkin, yang masuk ke tempat itu. Tidak jelas di bawah jumlahnya, harganya 10 dolar AS, katanya 1 dolar AS, tidak mungkin.”
Hipendo juga mencontohkan adanya kesenjangan data yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) dan ITC mengenai impor garmen jadi dari Tiongkok ke India. Pada tahun 2012, tingkat ekspor Tiongkok ke Indonesia sebesar 1,08 juta dolar, sedangkan tingkat ekspor Tiongkok ke Indonesia sebesar 80 ribu dolar AS.
Selain itu, ekspor Tiongkok ke Indonesia pada tahun 2020 sebesar 358 ribu dolar AS dan angka impor ke Indonesia sebesar 162 ribu dolar AS. Pada tahun 2021, angka ekspor Tiongkok ke Indonesia sebesar 640 ribu dolar AS, catatan BPS impor dari Tiongkok sebesar 171 ribu dolar AS.
Pada tahun 2022, ITC mencatat ekspor garmen dari Tiongkok ke Indonesia sebesar 551 ribu dolar AS, sedangkan data BPS menunjukkan impor dari Tiongkok sebesar 123 ribu dolar. Terakhir, data ITC menunjukkan ekspor pakaian jadi Tiongkok ke Indonesia sebesar US$269.000, sedangkan data BPS mencatat impor dari Tiongkok sebesar US$118.000 (ada/hns).