Jakarta –

Menteri Korporasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan, dibutuhkan banyak pekerjaan rumah (PR), khususnya di dunia usaha, untuk mewujudkan impiannya menjadi negara berkembang.

Teten mengatakan, saat ini 97 persen masyarakat Indonesia bekerja di bidang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Saat ini, dari jumlah tersebut, 96% berada di sektor mikro.

Subsektor ini merupakan sektor non-produktif dengan upah di bawah upah marjinal nasional (RMW). Mengingat banyaknya masyarakat Indonesia yang bekerja di sektor tersebut, menurutnya perlu ditingkatkan.

“Jadi kalau kita tidak bisa berubah, memberikan lapangan pekerjaan yang lebih baik, saya yakin kita tidak bisa menjadi negara maju,” kata Teten pada 15th Compass 100 Powered by PLN CEO Forum. siaran web, Jumat (10/11/2024).

Oleh karena itu, Indonesia mempunyai waktu yang terbatas untuk memperbaiki diri dan mencapai mimpinya untuk keluar dari jebakan negara tengah.

Teten pun mengomentari kejadian di China. Menurutnya, Tiongkok membutuhkan waktu 40 tahun untuk menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Saat ini Indonesia telah melewati 30 tahun dan masih menjadi negara kelas menengah.

“Jadi kita punya waktu 10 tahun lagi jika kita merebut wilayah Tiongkok.” Nah, menurut saya dalam 10 tahun ini kalau kita tidak punya perencanaan dan eksekusi yang baik, saya kira kita akan gagal,” ujarnya.

Selain itu, UMKM juga menghadapi permasalahan besar terkait keuangan. Secara keseluruhan, hanya 20-21% UMKM Indonesia yang memiliki akses terhadap dana bankable. Angka ini jauh dibandingkan Korea Selatan yang mencapai 80%.

“Kalau kita belajar (bisnis) seumur hidup saja, mereka bisa hidup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.” Namun jika ada peningkatan dalam bisnis, itu adalah proyek besar. “Ya, di banyak negara, termasuk China, untuk meningkatkan daya saing produk UKM, diperlukan teknologi sebelum digitalisasi,” ujarnya.

“China bisa mengembangkan usaha kecil dengan membaginya menjadi 200 kelompok.

Sejak tahun 2008, kata Teten, deindustrialisasi di RI terus berlanjut. Pangsa industrinya hanya 18% sehingga UMKM menjadi bagian besar perekonomian negara.

Melihat kondisi tersebut, menurut Teten, Indonesia tidak bisa mengabaikan keberadaan UMKM jika ingin mencapai posisi sebagai negara berkembang.

“UMKM tidak bisa lagi kita jadikan sebagai agen ekonomi, hanya sebagai agen ekonomi, tapi harus menjadi bagian dari strategi kita, bagian dari pertumbuhan ekonomi,” kata Teten. (shc/kil)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *