Jakarta –
Generasi Z, generasi muda yang lahir pada akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2010-an, sering dijuluki sebagai “Generasi Fleksibel”. Sedikit mengeluh, termasuk di tempat kerja.
Anggapan tersebut benar adanya, kata pakar kesehatan mental Profesor Siswanto Agus Wilopo, PhD, SU, M.Sc, Sc.D. Bahkan, keadaan ini kerap dikeluhkan oleh generasi tua.
“Pengalaman para pengusaha yang mempekerjakan generasi muda adalah bahwa mereka lebih rentan, lebih besar kemungkinannya untuk putus sekolah, lebih besar kemungkinannya untuk berpindah-pindah,” kata Profesor Siswanto, seorang profesor kesehatan masyarakat di Gaza Mada Medical School. dan keperawatan. Universitas (FKKMK UGM), Jumat (29 November 2024).
Namun Profesor Siswanto menekankan bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Faktanya, dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental seringkali kurang mendapat perhatian dan mudah terabaikan.
“Pengertian kesehatan perlu kita pahami. Kesehatan bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial,” jelas Profesor Siswanto.
@detikhealth_official Apakah Gen Z Benar-Benar Menderita Depresi? 🤔 Menjaga kesehatan mental itu penting banget. Detikers, luangkan waktu untuk mendengarkan dan mencintai diri sendiri. Yuk detikers, dr. Dengarkan penjelasannya. Ph.D. Siswanto Agus Wilopo, S.U., M.A., Sc.D.‼ ️ #mentalhealth #mentalhealth #depression #genz #mytosfakkesehatanmental ♬ Suara Asli – Film Jahat
Bagi generasi muda yang rentan mengalami masalah psikologis, Profesor Siswanto menyarankan agar generasi muda mengidentifikasi secara cermat faktor-faktor risiko yang menjadi predisposisi terjadinya gangguan kesehatan mental. Selain itu, penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat melindungi remaja dari risiko-risiko ini.
“Peran orang tua, seperti peran teman baik, membantu pemikiran keselamatan dan pemecahan masalah,” katanya.
Tonton video “Untuk Gen Z, bagaimana agar tidak dicap sebagai generasi lunak” (atas/atas).