New York –

Upaya untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan global kini mengarah pada peningkatan kebijakan ekonomi berbasis hutan (fiskal, keuangan dan perdagangan). Diskusi ini menjadi menu utama pada pembukaan United Nations Forum on Forests (UNFF) yang digelar pada Senin (6/5/2024) di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat.

“Saya dengan bangga mengumumkan bahwa saat ini sedang dilakukan perencanaan untuk Paviliun Hutan pertama dalam Paviliun SDG yang didesain ulang pada COP-29 (Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa),” kata Direktur Sekretariat UNFF Juliet Bayau pada forum perdana UNFF ke-19.

Untuk mencapai tujuan ini, PBB bekerja sama dengan berbagai mitra, mulai dari Bank Pembangunan Asia hingga Aliansi Internasional untuk Kehutanan Berkelanjutan. Kemitraan ini tercipta untuk membiayai program-program yang dicanangkan.

“Sampai saat ini, para mitra telah menjanjikan hampir US$400.000 untuk inisiatif baru yang menarik ini. Memobilisasi sumber daya adalah prioritas utama dalam pekerjaan kami, dan memperkuat sumber daya manusia dan keuangan,” tambah Bannon kepada Juliet.

Tujuan pendanaan yang dimaksud bukan hanya untuk mendukung program yang dilakukan namun untuk memenuhi daya dukung ekosistem hutan. Langkah perubahan tata kelola hutan ini dilakukan Indonesia dan perkembangannya disampaikan langsung oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ilo Duhong.

“Kami telah membentuk badan publik untuk mengelola dana berbagai sektor yang berkaitan dengan lingkungan seperti kehutanan, perdagangan karbon, pemanfaatan lingkungan, pertanian, kelautan, dan perikanan.” Kata Elo Duhong di forum tersebut.

Dukungan Indonesia terhadap pembangunan berbasis hutan juga tercermin dari keberhasilan ekonomi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan dan pemanfaatan hasilnya. Pencapaian ini juga menyasar sektor UMKM dan industri.

“Saat ini, kami telah mendistribusikan sekitar 6,4 juta hektar lahan kepada sekitar 9.719 kelompok tani hutan yang terdiri dari 1,3 juta rumah tangga. Selain itu, kami memiliki 5.400 unit usaha yang akan mendapatkan sertifikat pengelolaan hutan produksi lestari pada tahun 2022. Target kami adalah “225 usaha menengah dan kecil. perusahaan dan lebih dari 4.000 industri besar yang akan memiliki sertifikasi legalitas dan keberlanjutan kayu pada tahun 2030,” jelas Elo Duhong.

Catatan positif Indonesia dalam pengelolaan hutan tidak lepas dari program FOLU NetSync 2030 Indonesia yang mendorong munculnya inisiatif-inisiatif strategis di sektor FOLU (Hutan dan Tata Guna Lahan Lainnya) yang tidak hanya berbasis ekologi namun juga mendorong penguatannya. Ekonomi

Tonton juga videonya: PBB: 72% rumah di Gaza hancur.

(id/jam)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *