Jakarta –
Di era digital, platform seperti podcast dan Instagram telah menjadi alat penting untuk menyampaikan pendapat dan kritik. Kedua platform digital ini menjadi media baru yang digunakan untuk menyampaikan kritik sosial dan budaya.
Platform seperti podcast dan Instagram telah menjadi saluran komunikasi yang efektif untuk menyampaikan ide dengan cara yang kreatif dan inovatif. Namun, tantangan terbesar bagi pembuat konten adalah bagaimana menavigasi ruang digital yang berbahaya dengan tetap menjaga integritas dan kualitas karya mereka.
Andriy Hadinata (Podcaster di Ecommurz), Daniel Limantara (founder Neo Historia Indonesia), dan Errik Irwan (Creator Gump n Jahannama), membahas sesi ini untuk membahas penghapusan budaya di IdeaFest 2024.
Errik Irwan, pencipta Gump n Hell, adalah seseorang yang menggunakan platform digital untuk mengutarakan pandangannya. Dalam hal ini, Errik menjelaskan bahwa kebahagiaan adalah cara terbaik menghadapi kritik, apalagi jika masalahnya penting.
Katanya, humor dinilai lebih efektif dalam menyampaikan kritik tanpa membuat pihak yang dikritik marah.
“Kita buat memeh. Jadi kalau orang mau marah, lucu saja,” ujarnya di Balairung Jakarta, Sabtu (28/9/2024).
Hal inilah yang dirasakan Daniel Limantara dari Neo Historia Indonesia. Pengalaman dan kritik yang diterimanya ia bagikan di media sosial. Daniyel mengatakan, peristiwa-peristiwa sejarah yang diberitakan kerap mendapat kritikan, salah satunya dari para sejarawan karena dianggap tidak memiliki pengetahuan akademis yang baik.
“Dari sejarah Neo Historia sendiri, ketika kita sedang membahas peristiwa sejarah dan ternyata salah satu penyumbang mengambil referensi bahwa menurut para sejarawan mereka tidak berhak. Lalu, mereka berkata, Ah, sejarah Neo ini tidak bisa dipercaya.
Namun kritik ini dijadikan sebagai alat evaluasi untuk meningkatkan kualitas konten. Menurut Daniel, yang terpenting adalah bagaimana mereka menyikapi kritik.
“Kunci dari kritik dan pembatalan adalah bagaimana kita menyikapi kritik dan pembatalan yang datang. Kita menyikapinya dan melangkah maju,” kata Daniel.
Sementara itu, Podcaster di Ecommurz Andriy Hadinata menjelaskan pentingnya pengawasan dalam membuat konten, khususnya di media sosial. Menurutnya, setiap pencipta harus memahami batasan etika dan hukum, seperti Undang-Undang Informasi dan Hak Elektronik (UU ITE).
“Yang paling aman adalah tidak menyebut nama,” ujarnya.
Seluruh narasumber sepakat bahwa kritik merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seorang konten kreator di era digital. Hal ini juga menekankan pentingnya kebebasan berpendapat, namun tetap mempertimbangkan dampak dari setiap pernyataan yang dibuat.
*Artikel ini ditulis oleh Dita Aliccia Armadani, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom. Tonton video “IdeaFest 2024 Menampilkan Lebih dari 500 Presenter dari Industri Kreatif” (agt/agt)