Jakarta –
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian di Indonesia, yaitu sebesar 11,2% dari seluruh kecacatan dan 18,5% dari seluruh kematian. Merujuk data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1.000 penduduk. Data tersebut juga menunjukkan bahwa stroke, penyakit mematikan, merupakan pengeluaran terbesar ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, yakni Rp 5,2 triliun pada tahun 2023.
Faktanya, 90% stroke dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko. Stroke biasanya terjadi pada orang yang berusia di atas 40 tahun, namun belakangan ini jumlah penderita stroke yang terjadi pada usia lebih muda semakin meningkat.
Dr. RSUD Abdi Waluyo. Jacub Pandelaki, SpRad(K), merinci tiga kelainan yang menyebabkan kasus stroke muncul pada usia muda. Pertama, dengan pesatnya arus informasi, catatan pelaporan kasus saat ini diperkirakan relatif baik.
“Pertama, kecepatan pemberitaan media soal kasus stroke sebenarnya sangat bagus. Sekarang semua kasus pasti terekspos dan cepat sekali,” ujarnya saat ditemui detikcom di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (12/10/2024).
Kedua, teknologi pendeteksian sudah semakin canggih, sehingga kita tidak hanya bisa mendeteksi anak muda yang pernah terkena stroke, tapi juga apakah mereka mengidap penyakit kanker atau penyakit lainnya, sehingga kita bisa dengan mudah mengetahui usia bayi dari berbagai jenis penyakit. Dr Jacub melanjutkan.
Faktor ketiga yang meningkatkan kejadian stroke di kalangan muda adalah gaya hidup. dr. Jacub menilai perbedaan relatif antara pola makan saat ini dan di masa lalu.
Secara umum, banyak orang memilih makanan siap saji atau makanan siap saji yang tinggi gula, garam, dan lemak. Tentu saja, makanan sehat yang tersedia secara komersial juga relatif mahal.
“Gaya hidup masyarakat kita sekarang sudah berbeda. Dulu jarang makan ramen, tapi sekarang kita semua makan fast food dan umumnya gorengan. Kalau direbus malah lebih sehat,” ujarnya.
“Jadi gaya hidup sangat besar pengaruhnya sehingga stroke kini bisa terjadi pada usia yang lebih muda,” jelasnya.
Stroke kemungkinan besar terjadi pada kelompok yang memiliki riwayat penyakit penyerta seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Oleh karena itu, dr. Jacub menyarankan untuk menjaga pola makan, istirahat yang cukup, dan rutin berolahraga. Ia juga merekomendasikan tes laboratorium rutin dan pemeriksaan radiologi melalui pemeriksaan kesehatan, jika diperlukan, untuk memeriksa risiko tambahan. Peran pemeriksaan radiologi seperti CT scan, pencitraan resonansi magnetik, dan angiografi serebral dalam memandu diagnosis dan pengobatan, baik intravaskular atau kateter. , untuk menentukan usia stroke secara akurat.
Pasalnya, pada kasus stroke, pengobatan sudah terlambat bahkan 3 hingga 6 jam setelah terjadinya. Tonton video “Jangan sampai terlambat terkena stroke. Jika melihat gejala ini segera ke rumah sakit” (naf/kna)