Jakarta –
Peneliti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menyebut kondisi Danau Batur di Kintamani, Bali, kini kritis dan terancam rusak. Tepian Danau Batur rentan terhadap air dangkal dan limpasan air.
“Sebanyak 15 danau masuk prioritas nasional karena kondisinya parah, termasuk Danau Batur,” kata Inge Retnowati, Direktur Restorasi Air dan Mangrove Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Inge Retnowati dari ITDC. Dalam agenda World Water Forum ke-10 pada Kamis (23/5/2024).
Inge mengatakan, sebenarnya belum ada cara untuk menggambarkan betapa pentingnya kondisi air dan keseluruhan kawasan Danau Batur. Namun aktivitas penangkapan ikan air tawar yang dilakukan sebagian besar masyarakat di sekitar Danau Batur diyakini telah menimbulkan pencemaran sehingga menurunkan kualitas air.
“Kejadiannya salah satunya di Danau Batur,” kata Inge.
Dengan kondisi seperti ini, perlu dilakukan tindakan untuk mengendalikan aktivitas masyarakat Danau Batur. Harus ada peraturan mengenai aktivitas dan titik mana pun di Danau Batur yang boleh menjaga kondisi dan kualitas air danau.
“Danau Batur merupakan salah satu danau yang perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran air. ) Dari keluarga dan pertanian”. Dia menjelaskan.
“Tidak ada yang salah dengan pertanian dan perikanan. Yang perlu diperhatikan hanyalah cara,” tambah Inge.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah akan menambah sambungan pipa untuk mendistribusikan air yang diambil dan diolah dari 15 danau ke 370.000 rumah di Indonesia. Proyek senilai Rp 1,2 triliun akan dilaksanakan tahun ini.
Hal itu dilakukan karena kondisi 15 danau, termasuk Danau Batur, tergolong parah. Dasar danau mengalami lumpur akibat pencemaran.
Contoh penyebab pencemaran danau antara lain ladang jagung di Danau Lemboto yang diubah menjadi terasering. Pupuk dari tanaman jagung yang larut di danau saat hujan menyebabkan air mengalir ke dasar danau.
*** Artikel ini muncul di detikBali saat menonton video “Operasi Yust di Stasiun Mengwi, 5 Migran Tak Bawa KTP” (sym/sym)