Jakarta –
Stok beras tiba-tiba menyusut di Jepang, dan beberapa toko masih kehabisan stok dan tidak terlihat di rak. Panic buying terjadi di negeri Sakura.
Hal ini terkait dengan kekhawatiran warga di tengah peringatan akan terjadinya bencana badai, termasuk gempa bumi dan angin topan, apalagi memasuki pekan libur nasional. Meski pemerintah telah mengimbau untuk tidak melakukan pembelian secara panik, namun nyatanya masih banyak warga yang kesulitan mendapatkan stok beras.
Nobuko Stratton, istri pegawai sipil Departemen Pertahanan Joseph Stratton, mengatakan dia tidak dapat menemukan beras di mana pun di luar Pangkalan Angkatan Udara Yokota, tempat suaminya bekerja untuk Grup Pemeliharaan ke-374.
“Saya makan nasi setiap hari,” katanya kepada Stars and Stripes pada hari Rabu melalui Facebook Messenger.
“Begitulah cara saya dibesarkan. Ketika saya pergi ke Amerika Serikat untuk pertama kalinya dan pada minggu pertama tidak makan nasi, perut saya mulai mual. Saya tidak ingin melihat roti dan pasta lagi.”
Di kota tetangga Fussa, supermarket Seiyu kehabisan beras, kata seorang pekerja toko melalui telepon pada Rabu pagi. “Saat kami dapat, berasnya langsung dijual,” ujarnya.
Sementara itu, toko kelontong Marufuji di sebelah timur Fussa juga kehabisan beras, kata seorang karyawan melalui telepon pada hari yang sama.
“Kami mendapatkannya, tapi tidak setiap hari,” kata pekerja itu. Dia mengatakan beras menjadi berkurang pada awal bulan ini.
Kedua toko tersebut membatasi penjualan satu tas per pelanggan, kata kedua karyawan tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara kepada media. “Di komisaris Yokota, tersedia banyak beras,” kata Stratton.
Namun merek yang tersedia dari Amerika seperti Nishiki, Minute, dan Blue Ribbon berbeda dengan beras Jepang. “Saya bisa merasakan perbedaannya, nasi Jepang lebih manis dan lengket,” ujarnya.
“Saya hanya ingin keadaan kembali normal, di mana saya dapat menemukan sekantong beras di mana saja, kapan saja.”
Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap kekurangan beras adalah meningkatnya permintaan terkait dengan tingginya jumlah wisatawan asing dan berkurangnya panen karena kurangnya pemanas dan air, menurut artikel Japan Times pada hari Rabu.
“Kekurangan ini harus segera diatasi,” kata Sakamoto.
Beras yang baru dipanen akan didistribusikan pada bulan September. “Kami berharap ke depan, kelangkaan beras berangsur pulih,” ujarnya.
“Kami meminta konsumen tenang dan membeli beras sesuai kebutuhannya saja.” Simak Video Masyarakat Ragu Menikah, Jumlah Penduduk Jepang Turun 15 Tahun Berturut-turut (naf/naf)