Jakarta –
Pasien dengan hiperplasia prostat jinak atau hiperplasia prostat jinak (BPH) yang sedang mengonsumsi obat tertentu mungkin mengalami ejakulasi berkemih atau retrograde. Ahli urologi memastikan kondisi ini tidak berbahaya.
Rumah Sakit Dr.Abdi Valueo. Menurut Athistra Imam Satjakosoma, SpU, banyak jenis obat BPH yang memiliki risiko efek samping yang memengaruhi ejakulasi. Beberapa obat, namun tidak semua, dapat memperbaiki buang air kecil.
Pengobatan prostat sebenarnya hanya ada dua. Satu obat untuk memperlancar buang air kecil dan satu lagi obat untuk mengendalikan pertumbuhan prostat, jelas dr Athistra kepada detikcom.
Obat pembesaran prostat salah satunya berisiko membuat buang air kecil menjadi lebih mudah dan memicu masalah ejakulasi. Menurut dr Adistra, obat ini melemaskan katup yang mengatur aliran ejakulasi.
“Buang air kecilnya teratur, tapi saat buang air kecil, bagian (katup) ini terbuka dan benar-benar masuk ke kandung kemih,” kata dr Adhistra.
Normalnya, saat ejakulasi, cairan mani yang dihasilkan oleh kelenjar prostat dan kelenjar lain di sekitarnya didorong ke depan oleh Tuan B. Cairan mani tidak melewati Mr P saat ejakulasi karena katup yang mengaturnya melemah akibat efek samping obat.
“Itu ejakulasi kosong atau ejakulasi retrograde,” jelasnya lagi.
Apa ini berbahaya? Meski ada mitos bahwa ejakulasi berkepanjangan bisa berubah menjadi batu, dr Adhistra meyakinkan bahwa ejakulasi retrograde tidak berbahaya.
“Iya keluar bersama urine. Jadi kalau dites, urine yang keluar setelah ejakulasi biasanya ada sperma atau semacamnya. Itu hal yang aman,” jelas dr Adhistra.
Tonton video “Periksa PSA Anda untuk mengetahui risiko penyakit prostat” (selengkapnya/di atas).