Kudai Katanegara –
Bekantan merupakan salah satu hewan endemik Kalimantan. Meski bekantan terdaftar sebagai hewan terancam punah, namun bekantan masih hidup di sepanjang Sungai Black Samboja di Kudai Katanigara. Ada laporan ratusan bekantan hidup berkoloni di sepanjang sungai yang mengalir ke Selat Makassar.
Bagi warga Kampung Lama Samboja, bekantan bukan hanya satwa langka yang perlu dilindungi, tapi juga turut menggerakkan perekonomian daerah. Kehadiran bekantan telah lama menarik wisatawan di sepanjang Sungai Hitam.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sungai Hitam Lestari merupakan kelompok yang mengelola ekowisata (disebut juga ekowisata) di sepanjang Sungai Samboca. Mengunjungi bekantan di sepanjang sungai merupakan salah satu kegiatan utama para wisatawan.
Aidil Amin, ketua Pokdarwis Sungai Hitam Lestari, merupakan salah satu penggagas ekowisata di Sungai Hitam. Ia mengatakan, zona pariwisata ini dibuat atas dasar kepedulian terhadap bencana alam yang terjadi di Sungai Hitam.
Perambahan hutan bakau sering terjadi di wilayah Heihe sehingga mengurangi habitat bekantan. Padahal, kata dia, keberadaan bekantan di Heihe sudah diturunkan secara turun temurun di kampung halamannya.
“Sejak kecil saya sudah berinisiatif untuk melindungi bekantan. Banyak kendalanya, sering ada permasalahan terkait penguasaan lahan. Kadang masyarakat ingin membangun rumah atau kebun di sini. Ada juga kasus yang ingin diambil oleh perusahaan. pergi. , dan bahkan ada beberapa masalah.” Bandit datang mengunjungi saya,” kata Aidil saat tatap muka di Kawasan Eco Coastal Tourism Sungai Black Tam, Kalimantan Timur, Selasa (10 Januari 2024).
Kita tidak sedang membicarakan permasalahan lingkungan akibat bertambahnya jumlah pemukiman di sekitar Sungai Gara Samboca. Permasalahan pembuangan sampah rumah tangga yang sembarangan, bahkan sampah yang dibuang langsung ke sungai, menjadi tantangan yang dihadapi Aidil dan tim.
Aidil bersama tim berupaya menjadikan bekantan lestari secara ekologis dengan menciptakan kawasan wisata berbasis lingkungan dan di sisi lain menciptakan potensi ekonomi dari wisata bekantan.
Sejak tahun 2019, Aidil mendapat bantuan langsung dari Pertamina melalui PT Pertamina EP Sangasanga Field untuk mengembangkan kawasan wisata ramah lingkungan tersebut. Diakui Aidil, dirinya dan tim mendapat banyak bantuan dari pihak perusahaan minyak nasional, sarana prasarana, dan kegiatan promosi untuk membantu pengelolaan zona pariwisata tersebut.
Oleh karena itu, Pokdarwis Sungai Hitam Lestari dapat mengelola kawasan wisata ramah lingkungan ini dengan lebih maksimal. Setelah bermitra dengan Pertamina, industri wisata bekantan yang kini dikelola Aidil dan tim mampu menghasilkan pendapatan hingga 60 juta rupiah setiap tahunnya.
“Sejak tahun 2019 setelah mendapat bantuan pertamina, di kelompok kami sebelum tahun 2019 bertambah Rp 60 juta dalam satu tahun setelah menerima bantuan pertamina,” jelas Adil.
Aidil dan timnya menawarkan kepada wisatawan lokal harga mulai dari 300.000 rupiah untuk satu perahu saja. Sedangkan untuk wisatawan asing dihitung per orang, bukan per kapal, dan per orang adalah 130.000 rupiah.
Aidil mengatakan, penghasilan itu tidak hanya untuk mencari keuntungan. Namun juga digunakan untuk pengelolaan lingkungan dan membantu masyarakat di sepanjang Sungai Black Samboca.
Kita kumpulkan uang di sini untuk mengelola lingkungan. Bahkan kita kadang bisa membantu masyarakat di sini, misalnya kalau ada kebutuhan, kita berbagi, atau kalau ada. kebutuhan tambahan, kami juga mendistribusikan Beras.” Lumayan.
Sementara itu, Elis Fauziyah, Direktur Komunikasi dan CID Region 9, mengatakan Pertamina ingin membantu kelompok Aidil karena memiliki keprihatinan yang sama. Meskipun masyarakat di sekitar Sungai Kara dapat memperoleh manfaat dari ekowisata yang dikelola, kerusakan lingkungan dianggap sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup bekantan.
“Jadi ini wisata yang bisa melindungi bekantan. Misalnya kalau bekantan tidak dilindungi, maka pariwisata tidak bisa berfungsi. Alice dalam pertemuan itu mengatakan, tanpa bekantan, pariwisata bisa berfungsi bahkan pariwisata tidak bisa berfungsi.” Pada hari yang sama, dilakukan diskusi dengan warga Kawasan Ekowisata Sungai Heydan.
Selain itu, Ellis mengatakan pihaknya tidak hanya fokus pada proyek ekowisata. Pertamina juga membantu pemberdayaan usaha kecil dan menengah di wilayah tersebut. Potensi kawasan mangrove dimaksimalkan untuk menghasilkan berbagai produk, seperti kue klappertaart yang terbuat dari buah nipah yang banyak tumbuh di sepanjang bantaran sungai, atau buah Rambai yang diolah menjadi sirup.
Data Pertamina EP menunjukkan pendapatan bulanan Grup UMKM Sungai Hitam Lestari mencapai Rp 17,5 juta setelah dikembangkan langsung di Pertamina.
Pihaknya juga berupaya meningkatkan kualitas air Sungai Black Samboca, salah satunya dengan menyediakan fasilitas instalasi pengolahan limbah (IPAL) kepada masyarakat di sepanjang sungai. Hingga saat ini, masyarakat Heihe masih sering membuang sampah rumah tangga, termasuk membuang toilet langsung ke sungai.
“Kami juga ingin menjaga aspek kualitas sungai, karena titik perlintasan sungai ini merupakan perkampungan nelayan. Di bantaran sungai terdapat aktivitas pemukiman warga. Upaya yang kami lakukan adalah mencegah masyarakat buang air besar sembarangan. juga akan tercapainya perbaikan kesehatan lingkungan dan masyarakat,” kata Elie Si, jelasnya. (benda/batu)