Jakarta –

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan pencemaran laut akibat sampah plastik diperkirakan mencapai USD 450 juta atau setara Rp 7,2 miliar per tahun. Selain itu, tercatat sebanyak 0,55 juta ton sampah plastik masuk ke laut Indonesia setiap tahunnya.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan Partai Komunis Tiongkok telah mengambil sikap tegas dalam memerangi pencemaran di laut Indonesia. Mulai tahun 2022, PKC meminta nelayan tradisional untuk membersihkan sampah dari laut dalam waktu satu bulan.

Hal ini juga merupakan salah satu poin dalam peta jalan ekonomi biru, dimana PKT berfokus pada pembersihan sampah plastik di laut melalui gerakan partisipatif para nelayan.

“Mulai tahun 2022, kami melakukan kegiatan sosialisasi kepada seluruh nelayan, khususnya nelayan tradisional, untuk tidak membeli ikan selama satu bulan, untuk membersihkan plastik di laut,” kata Trenggono dari Universitas Diponegoro di Jepara, Jawa Tengah, Jumat. (27/12/2024).

Selain itu, PKC juga meningkatkan pemeriksaan logistik terhadap kapal-kapal penangkap ikan yang berangkat dan kembali melaut. Dalam pemeriksaan ini, petugas CCP akan melakukan penyesuaian data pada kemasan khususnya plastik.

“Kapalnya berlayar, dicek logistiknya, plastiknya berapa, kalau pulang harus sama. Kalau tidak, kena denda,” tegasnya.

Selain itu, Trenggono juga serius dalam pengelolaan karbon biru. Pengelolaan karbon biru dilakukan melalui perlindungan dan revitalisasi kawasan laut untuk mengoptimalkan penyerapan karbon.

Ia mengatakan bahwa PKC telah melakukan upaya konservasi laut di lahan seluas 29,9 juta hektar. Upaya konservasi yang dilakukan juga melampaui target seluas 29,7 juta hektar.

“Kami menyebutnya kawasan perlindungan laut, dan tentunya dinilai oleh UNOC (United Nations Ocean Conference). Dari sana kami akan memasang sensor digital sehingga kami bisa mengecek apakah rumput lautnya masih bagus, lalu karangnya. masih bagus, lalu kita bilang, ‘Rawa pasang surut juga bagus, rawa pasang surut juga bagus, karena ini semua tentang sistem ini,’” jelasnya.

Trenggono mengatakan cara paling penting untuk mengelola karbon biru yang dihasilkan manusia dan industri adalah dengan melindungi laut.

“Emisinya akan sangat merusak, akan menjadi gas rumah kaca dan kemudian menjadi pemanasan global. Jadi kehidupan juga akan buruk,” jelasnya.

Trenggono mengatakan laut memiliki tingkat penyerapan karbon yang lebih tinggi dibandingkan kawasan hutan. Selain itu, upaya konservasi laut juga harus dilakukan sebagai tempat berkembang biaknya biota laut. Oleh karena itu, perlindungan laut harus dilakukan dengan baik.

Ketiga, (laut) tempat produksi oksigen. Inilah kehidupan, kalau (perlindungan) ini tidak kita lakukan maka kehidupan akan berakhir, tutupnya.

Saksikan juga video “Misi mengembalikan kejayaan perikanan Indonesia”:

(tanah liat/tanah liat)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *