Jakarta –
Sebuah survei terhadap 521 responden menemukan bahwa 56% merasa merokok membantu menghilangkan stres dan bersantai. Temuan ini dipublikasikan oleh Clinic For, penyedia layanan kesehatan yang berbasis di Jepang bulan lalu.
Temuan tersebut juga menunjukkan bahwa kebiasaan tidak sehat membantu 54% mengubah suasana hati mereka, sementara 22% mengatakan merokok meningkatkan komunikasi di tempat kerja.
“37% mengatakan bertemu dengan perokok lain memudahkan mereka mendiskusikan masalah terkait pekerjaan, dan 29% mengaitkan berkurangnya stres kerja dengan istirahat merokok,” tulis laporan tersebut, dilansir SCMP, Minggu (23/6/2024).
Sebanyak 23% lainnya mengatakan bahwa merokok bersama memfasilitasi kontak dan hubungan yang berguna di luar koneksi tempat kerja. 16% bahkan menyatakan bahwa merokok membantu mereka mendapatkan promosi.
Shu (24), seorang pekerja agensi di sebuah perusahaan perhotelan multinasional berharap kontak yang tepat dapat menghasilkan posisi permanen di perusahaan tersebut.
“Saya dulu pernah merokok saat kuliah, tapi sudah lama berhenti merokok. Sekarang saya kembali menggunakan rokok elektrik karena bos saya juga seorang perokok,” ujarnya.
Tingkat merokok di Jepang telah menurun selama bertahun-tahun karena berbagai faktor, termasuk kesadaran kesehatan yang lebih baik, pajak yang tinggi terhadap produk tembakau, dan perubahan undang-undang pada bulan April 2020 yang melarang merokok di dalam ruangan di sebagian besar tempat umum.
Survei Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa tingkat merokok di kalangan laki-laki pada tahun 2022 turun sebesar 3,4 poin persentase dibandingkan survei sebelumnya pada tahun 2019. Secara keseluruhan, 25,4% laki-laki menyatakan mereka merokok.
Persentase ini pada periode yang sama menyusut sebesar 1,1 poin persentase di kalangan perempuan menjadi 7,7%. Laki-laki berusia 40-an masih menjadi pengguna tembakau terbesar, yaitu sebesar 34,6%, diikuti oleh 32,6% pada usia 50-an.
Wanita berusia 50-an tahun merupakan mayoritas perokok, yaitu 12%. Sementara itu, perempuan berusia 40-an tahun berada pada peringkat tertinggal yaitu 11,6%. (bantuan/rd)