Jakarta –
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mencontohkan fenomena beberapa negara yang mengalami rendahnya angka kesuburan atau totalfertility rate (TFRs) yang rendah. Salah satu penyebabnya adalah banyak masyarakat di negeri ini yang sudah tidak ingin punya anak lagi.
Rendahnya angka kelahiran di sejumlah negara juga disebabkan oleh kekhawatiran mengenai membesarkan anak, yang sering kali menimbulkan beban finansial dan psikologis. Tiongkok merupakan salah satu negara yang saat ini sedang mengalami krisis demografi. Total populasi Tiongkok akan menurun sebesar 2,08 juta, atau 0,15 persen, menjadi 1,409 miliar pada tahun 2023, menurut Biro Statistik Nasional (NBS).
“Bahkan Tiongkok kini mengubah kebijakan (peraturan). Karena dia paham itu salah,” ujarnya pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2024 di ICE BSD, Tangerang, Rabu (24 April 2024).
Menteri Kesehatan menyinggung kebijakan satu anak di Tiongkok pada tahun 1980 hingga 2015. Pada akhirnya, kebijakan kontroversial tersebut berdampak pada minat warga Tiongkok untuk memiliki anak.
Penurunan jumlah penduduk memang tidak hanya terkait dengan angka kelahiran, namun juga pertumbuhan ekonomi. Angka kesuburan total (TFR) untuk mencapai pertumbuhan penduduk yang seimbang idealnya berada pada kisaran 2,1.
Oleh karena itu, untuk pertumbuhan ekonomi ke depan, diperlukan stabilitas jumlah penduduk. Oleh karena itu, menurutnya, agar stabil, angka kesuburan harus 2,1, lanjut Menkes.
“Tentu tidak boleh dikatakan anak-anak seperti itu sedikit. Kalau semuanya beres, bisa punya tiga anak, kalau mampu, bisa punya empat dikatakan. Dia berkata.
Sebelumnya santer diberitakan, TFR Indonesia dalam 10 tahun terakhir diberitakan menurun menjadi 2,1 dari 2,4 menjadi 2,7. Kemudian timbul kekhawatiran terhadap penurunan pertumbuhan penduduk yang akan menghilangkan kemungkinan bonus demografi mulai tahun 2035.
Selain itu, Badan Pusat Statistik melaporkan pada tahun 2024 bahwa angka pernikahan di Indonesia terus menurun. Selama tiga tahun terakhir, jumlah pernikahan di negara ini telah menurun sekitar dua juta.
Berikut laporan penurunan angka pernikahan dari tahun ke tahun di Indonesia menurut BPS: 2021: 1.742.0492022: 1.705.3482023: 1.577.255 Tonton video “Jepang dan Korea Selatan Tetapkan Angka Kesuburan Terendah!” (menghisap/tahu)