Jakarta –

Salah satu konsumen mengaku tidak peduli dengan label BPA dan mengaku akan tetap menggunakan galon air minum dalam kemasan (BWD) untuk digunakan kembali sebagai air minum sehari-hari keluarganya. Terlebih lagi, tidak ada bukti bahwa air minum dalam kemasan ini menyebabkan bahaya kesehatan.

Amran, salah satu konsumen air minum kemasan galon, mengaku tidak mempermasalahkan peraturan pelabelan BPA. Baginya, pemberitaan negatif mengenai daur ulang air galon hanyalah bagian dari persaingan bisnis.

“Wajar jika orang berkompetisi pasti akan berusaha meremehkan produk pesaingnya agar bisa laris manis,” kata ayah satu anak yang berdomisili di kawasan Chimangis, Depok, Selasa (30 Juli 2024).

Amran mengaku sudah lama meminum air bekas bersama anak dan istrinya.

“Buktinya istri, anak, dan saya baik-baik saja. Padahal dokternya menyuruh kami minum air sehat, seperti air galon,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan Magdalena, warga kawasan Sipayung, Jakarta Timur. Ia mengatakan bahwa ia sudah meminum air kemasan yang dapat digunakan kembali sejak kecil.

“Tetapi saat ini saya dalam keadaan sehat, saya tidak mengidap penyakit seperti yang diberitakan di media. Jadi rumor galon BPA yang dapat digunakan kembali tidak mempengaruhi saya. Paling tidak, itu hanya persaingan bisnis antar kompetitor,” kata perempuan yang kini kuliah di Universitas Depok ini.

Ruli yang tinggal di Chisalak, Depok, berpendapat serupa. Ia juga mengaku tidak tertarik dengan rencana pemberian label BPA pada wadah galon yang dapat digunakan kembali.

“Saya membaca berita tentang BPA yang mengkritik air kemasan yang dapat digunakan kembali. Namun saya dan keluarga tetap menggunakan air kemasan isi ulang. Selain sehat dan enak, kita tidak rugi apa-apa dengan menggunakan galon ini,” kata pria tersebut. yang mempunyai empat orang anak.

Beberapa orang lainnya juga menyatakan tidak terpengaruh dengan label BPA dan akan tetap menggunakan botol galon daur ulang AMDK. Bagi mereka, pemberitaan di media hanyalah persaingan bisnis antar kelompok tertentu yang ingin menghancurkan produk pesaingnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. dr. Dr Aru Visaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan tidak ada bukti bahwa penggunaan kembali galon air menyebabkan kanker seperti yang diberitakan di media. Menurutnya, 90-95 persen penyakit kanker berasal dari lingkungan.

“Terutama karena dampak gaya hidup seperti kurang olah raga, pola makan yang buruk, merokok, dan lain-lain. Oleh karena itu, belum ada penelitian apakah galon air menyebabkan kanker,” ujarnya.

M. Alamsiah Aziz, Sp.O.G., ibunya meminum air galon.

Oleh karena itu, ia meminta agar para ibu hamil tidak perlu khawatir dalam menggunakan Botol Galon AMDK Reusable ini karena sangat aman dan tidak berbahaya bagi ibu maupun janinnya.

Dokter Kandungan Dr. Boyk Diane Nugraha, SpOG, MARS. Ia mengatakan, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa air minum kemasan isi ulang menyebabkan kemandulan. Menurutnya, hal tersebut hanya asumsi belaka.

“Belum ada penelitian yang dilakukan mengenai hal ini. Ini hanya dugaan saja,” ujarnya.

Dia membandingkan masalah ini dengan mycin, yang dilarang karena menyebabkan kanker.

“Katanya bisa jadi keracunan, tapi harus ada buktinya. Oleh karena itu, belum dapat dipastikan apakah AMDK berhubungan dengan infertilitas,” ujarnya.

Dokter spesialis anak yang juga guru besar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Rini Secartini, Sp.A(K) juga menyatakan, masih belum ada bukti bahwa air isi ulang berwarna biru dapat menyebabkan autisme pada anak. Rini mengatakan autisme atau autis merupakan suatu masalah atau kelainan perilaku pada anak yang disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor genetik.

“Belum ada penelitian mengenai efek air galon yang dapat digunakan kembali terhadap autisme pada anak. Karena tidak ada buktinya,” ujarnya.

(jerawat/ego)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *