Jakarta –

Upaya pemerintah Korea Selatan untuk meningkatkan angka kelahiran tampaknya telah menemui jalan buntu. Tampaknya sulit bagi para politisi untuk meyakinkan masyarakat, termasuk generasi muda, untuk memulai sebuah keluarga.

Terus menurunnya angka kelahiran di Negeri Ginseng ini berdampak pada banyak sektor, termasuk perekonomian. Bahkan tak sedikit masyarakat Korea Selatan yang memilih menginvestasikan uangnya untuk kebutuhan pendidikan tinggi, seperti membeli barang fashion, dibandingkan menabung untuk menikah.

“Kamu hanya hidup sekali. Uangku tidak cukup untuk ditagih setiap bulan, setiap kali aku membayar sendiri. Mungkin nanti aku menikah, yang penting bahagia sekarang,” kata Park Young (28) di Reuters. .

Menurut laporan yang dirilis pada hari Kamis oleh Komite Presiden untuk Kebijakan Penuaan dan Kependudukan, empat dari 10 warga Korea Selatan tidak berencana untuk menikah atau belum memikirkannya.

Panitia mengungkapkan hasil survei terhadap pria dan wanita berusia 25 hingga 49 tahun di seluruh negeri pada tahun 2011 mengenai sikap terhadap pernikahan, melahirkan anak, dan menjadi orang tua.

Berdasarkan informasi, 39,1 persen penduduk berusia 25 hingga 49 tahun menyatakan tidak ingin menikah atau tidak terlalu memikirkan pernikahan. Sekitar 61 persen responden menjawab ingin atau berencana menikah.

Mereka yang tidak ingin memulai sebuah keluarga mengungkapkan kekhawatirannya mengenai beban aktivitas seksual, 88,9 persen laki-laki menyebutkan beban keuangan seperti pernikahan dan biaya hidup, dan 92,6 persen perempuan menyebutkan pekerjaan rumah tangga dan melahirkan.

Responden laki-laki dan perempuan mengatakan akan lebih mudah bagi mereka untuk menikah dan memiliki anak jika kondisi ekonomi membaik, seperti biaya perumahan yang lebih rendah, kesempatan kerja yang lebih baik, dan keamanan kerja. “Jepang dan Korea Selatan mencatat rekor angka kelahiran!” (saya/saya)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *