Jakarta –
Menurut World Cancer Observatory pada tahun 2022, Indonesia menempati urutan ke-13 jumlah penderita kanker kandung kemih. Indonesia menempati peringkat ke-15 dalam hal angka kematian.
Dokter penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medis dr Anhika Rachman, SpPD-KHOM mengatakan, pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kanker masih sangat rendah. Terutama dalam kasus kanker kandung kemih.
“Dibandingkan kanker payudara dan kanker lainnya, kanker kandung kemih lebih jarang terjadi, angka kejadiannya lebih rendah,” ujarnya saat ditemui di Jakarta Pusat, Sabtu (5/11/2024).
Dr Andika menemukan banyak penderita kanker kandung kemih yang terlambat mendapat pengobatan karena tidak mengalami gejala dan tanda kanker kandung kemih.
Yang pertama dimulai dengan gejala yang tidak menimbulkan rasa sakit (tidak menimbulkan rasa sakit), seperti kencing berdarah, jelasnya.
Namun perlu diperhatikan juga bahwa kencing berdarah tidak selalu menandakan kanker kandung kemih. Banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan darah dalam urin.
“Saat ada darah di urine, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencermatinya dan tidak paranoid. Cari tahu dulu penyebabnya dan pertimbangkan kemungkinan itu bukan kanker. Pertama, bisa jadi infeksi saluran kemih, kedua. Dok, bila masih pada ibu hamil dan menyusui, maka perlu diperhatikan “Apakah urine tersebut terkontaminasi darah haid atau tidak? Dan yang ketiga, apakah ada batu di saluran kemih atau trauma?” kata dr Andika.
Deteksi dini dengan mengetahui gejalanya tetap penting untuk menghindari dampak negatif dari terlambatnya pengobatan kanker kandung kemih. Menurut dr Andika, salah satu hal yang paling mudah dilakukan adalah dengan melihat urin.
“Pertama, periksa urinnya. Terlepas dari apakah warnanya bening atau tidak. Sekarang musim panas, jadi minumlah banyak air atau air kelapa. Dan periksa juga apakah ada infeksi atau tidak. Apakah urinnya berdarah atau tidak? Dr menyimpulkan. Andika: Saksikan Kate Middleton Menjalani Kemoterapi Setelah Didiagnosis Kanker (Atas/Atas)