Jakarta –
Kereta api merupakan salah satu layanan transportasi umum yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana lokomotif diisi bahan bakarnya?
Johnny Martinus, Wakil Presiden Humas KAI, mengatakan pengisian bahan bakar lokomotif kereta api merupakan proses yang kompleks dan memerlukan keahlian khusus serta perencanaan yang matang untuk menjaga kelancaran.
Karena dengan pemahaman yang lebih baik terhadap proses ini diharapkan kita dapat meningkatkan efisiensi kereta api dan keselamatan secara umum.
Berbeda dengan kendaraan seperti sepeda motor atau mobil, lokomotif menggunakan bahan bakar diesel kecepatan tinggi (HSD), namun saat ini beralih ke biodiesel (B35) untuk mendukung program penggunaan bahan bakar nabati (BBN).
Bio solar merupakan bahan bakar alternatif yang diperoleh dari campuran bahan bakar fosil dan bahan organik seperti kelapa sawit atau limbah tanaman. Pemanfaatan bio solar diyakini dapat mengurangi jejak karbon dan mendukung kelestarian lingkungan.
“Dengan memilih bahan bakar yang ramah lingkungan, menggunakan metode yang aman, dan mempekerjakan personel terlatih, KAI berkontribusi terhadap upaya global dalam menjaga lingkungan,” kata Johnny dalam keterangan resminya, Sabtu (17/4/2024).
Sedangkan di Dipo Lokomotif, Stasiun Kereta Api, Rumah Pengawas (PUS), Pengawas Kereta Api (PUK) dan Pusat Pelayanan dengan pembayaran Bahan Bakar hanya dapat dilakukan di Stasiun Bahan Bakar. Saat ini terdapat 47 posisi di wilayah operasional KAI yang memenuhi persyaratan tersebut.
Pengisian bahan bakar dimulai dengan menempatkan lokomotif pada posisi yang benar pada saluran pengisian bahan bakar. Sementara itu, petugas akan menjaga lokomotif tersebut. Kemudian, mereka akan menentukan jumlah bahan bakar yang bisa digunakan dan jumlah tambahan yang dibutuhkan.
Kapasitas tangki bahan bakar lokomotif berbeda-beda tergantung jenisnya, namun umumnya 3000-3800 liter. Letak tangki bahan bakar pada lokomotif berada di tengah bawah.
Kemudian pengisian dilakukan oleh petugas khusus dengan menggunakan peralatan seperti nozzle gun, flow meter dan pompa bahan bakar. Jumlah bahan bakar disesuaikan dengan jarak tempuh kereta.
Untuk mengetahui jarak yang dapat ditempuh dengan tangki bahan bakar penuh tergantung dari jenis lokomotifnya karena SFC (Specific Fuel Consumption) berbeda-beda pada setiap jenis lokomotif. Namun rata-rata jangkauannya sekitar 1.034 km dengan tangki penuh sekitar 3.000 liter.
Jonny menggunakan SAP Personas untuk menghitung kebutuhan bahan bakar secara akurat untuk memastikan dia tidak kehabisan bahan bakar di antara perjalanan.
“Dalam keadaan normal, lokomotif tidak dapat mengisi bahan bakar di tengah perjalanan karena pengemudi selalu memantau jumlah bahan bakar yang tersedia melalui monitor/smart display/fire screen,” jelas Johnny.
“Jika bahan bakar habis di tengah perjalanan, pengemudi akan berkonsultasi dengan dinas terkait untuk mendapatkan izin pengisian bahan bakar di SPBU terdekat sebelum bahan bakar habis.” Dia menjelaskan lagi. (eds/eds)