Jakarta –
Nampaknya minat masyarakat terhadap bersepeda mulai menurun. Situasi seperti ini menyebabkan turunnya penjualan sepeda di dalam negeri. Bisnis sepeda juga sedang goyah.
Misalnya saja di kawasan Pasar Rumput, Jakarta Selatan. Sudah lama dikenal sebagai pusat jual beli sepeda murah. Banyak dealer sepeda lokal yang tutup karena pembelinya sedikit.
Seorang pedagang bernama Kode mengatakan, alih-alih menerima pembeli, banyak orang yang datang ke tokonya untuk menjual sepeda bekas. Sebab, menurutnya, banyak masyarakat yang sebelumnya mengikuti tren bersepeda tidak mau melanjutkan kegiatan tersebut.
“Iya, banyak orang yang jualan, tapi tidak bisa beli apa-apa. Masih banyak sepeda yang belum terjual,” ujarnya saat ditemui detikcom, Rabu (25/09/2024).
“Iya, mungkin karena aku tidak mau naik sepeda lagi. Dulu banyak orang yang mengendarai sepeda. Sekarang saya jalan-jalan naik sepeda motor, banyak sekali. “Tidak banyak orang yang mengendarai sepeda saat ini,” lanjut Code.
Yang lebih miris lagi, mengingat banyaknya pembeli yang bisa diandalkan setiap bulannya, Kode mengaku hampir setiap hari masyarakat datang untuk menjual sepeda bekas. Jadi dia sangat pilih-pilih saat orang menawarinya sepeda bekas.
“Hampir setiap hari ada orang yang berjualan sepeda. Meski tidak serta merta masyarakat datang dan membeli sepeda hanya untuk satu hari saja,” ujarnya.
“Jadi kami tidak membeli semuanya (diler sepeda bekas). Bagi saya, setidaknya 60-70% sepeda masih dalam kondisi bagus, asalkan tidak memerlukan modal besar. Benar, lihat kondisi tasmu,” lanjut Code.
Sementara itu, dealer lain bernama Roni mengaku lebih banyak masyarakat yang menjual sepeda bekas dibandingkan membelinya. Ia menyebut orang-orang ini sebagai “Korban Kemakmuran” pada masa pandemi lalu
“Ini adalah pengorbanan kemakmuran. Selama epidemi, banyak orang membeli dengan orang kaya. Makanya mereka beli semuanya, tiap hari ada yang jualan,” ujarnya.
Harga jual sepeda di masa pandemi, saat banyak orang membeli sepeda, jauh berbeda, ujarnya. Kondisi ini menyebabkan banyak masyarakat mau tidak mau menjual sepedanya dengan harga yang sangat murah. Apalagi dibandingkan saat pertama kali saya membelinya.
Ia mengaku pernah bertemu dengan seorang pria yang menjual sepedanya seharga 1,2 juta rand, bukan 7 juta rand seperti yang semula dibeli saat pandemi. Rony mengatakan, jika harga jual yang diajukan terlalu tinggi, ia tidak akan bersedia membeli. Apalagi mengingat penjualan sepeda di toko saat ini sangat rendah.
“Bahkan yang jual harganya didiskon banget. Orang-orang sedang booming ketika mereka membelinya, bukan? Misalnya mereka beli 7 juta rand, kita beli sampai 1,2 juta rand,” kata Rony.
“Itu juga dijual kepada kami dengan harga mahal. Jadi aku lewat saja. Dia merasa itu mahal untuk dibeli. Makanya mereka tidak mau menjualnya ke kami dengan harga tinggi,” tutupnya.
Tonton video Thamphongrekul tentang jalur sepeda. Jangan memaksa mobil untuk lewat.
(FDL/FDL)