Jakarta –
Badan Pengawasan Pangan Nasional (BAPANAS) angkat bicara mengenai program pangan gratis bergizi yang diusung Presiden terpilih Prabowo Subianto. Ada hal yang perlu Anda perhatikan dalam program ini.
Nyoto Suwignyo, Wakil Direktur Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas, mengingatkan bahwa program makanan bergizi gratis akan menyebabkan lebih banyak sampah makanan di Indonesia.
“Jangan sampai kalau program makan bergizi gratis, malah banyak sampah yang tidak bisa dibendung,” kata Nyoto Suwignyo, Wakil Direktur Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas, usai menghadiri acara Ekonomi Hijau. Expo di Jakarta Convention Center. , Jumat (5/7/2024).
Nyoto mengatakan, harus ada komponen yang mengolah kelebihan makanan bergizi bebas tersebut agar tidak menjadi sisa makanan (food loss and waste).
“Kalau program pangan bergizi gratis mau berjalan, harus ada komponen yang mengolah makanan itu, harus ada. Selain komponen produksi, penggunaan, distribusi, pendataan, harus ada komponen kelebihan. makanan, makanan yang hilang dan terbuang, itu harus menjadi bagian yang dikelola,” ujarnya.
Pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bapanas sendiri telah mencanangkan rencana aksi pengelolaan kehilangan dan sampah pangan untuk mendukung pencapaian ketahanan pangan di Indonesia Emas 2045. Kehadirannya diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengendalian food loss dan program Waste to Free Nutritious Meal.
“Rencana aksi ini sebenarnya ada aturannya, salah satunya adalah pengelolaan kehilangan dan sampah pangan dalam program makan gratis bergizi,” kata Nyoto.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bapanas pada tahun 2021, jumlah kehilangan dan sampah pangan di Indonesia antara tahun 2000 hingga 2019 berkisar antara 23 hingga 48 juta ton per tahun atau 115 hingga 184 kg per kapita per tahun. . Kerugian tersebut terjadi pada rantai nilai pangan mulai dari tingkat produksi, pasca panen dan penyimpanan, pengolahan dan pengemasan, pemasaran dan distribusi hingga tingkat konsumen.
Kehilangan pangan terjadi pada tiga tahap pertama, sedangkan sisa makanan terjadi pada dua tahap terakhir. Rata-rata kehilangan makanan antara tahun 2000 dan 2019 adalah 56% dan sisanya merupakan sisa makanan.
Kehilangan dan pemborosan pangan di Indonesia terjadi pada subsektor tanaman pangan khususnya padi, kemudian disusul oleh subsektor hortikultura (sayuran dan buah-buahan). Diperkirakan food lost and wasted (SSP) pada kedua subsektor ini dapat digunakan untuk memberi makan 61-125 juta orang (29-47% penduduk Indonesia), dengan kerugian ekonomi sebesar Rp 213-551 triliun per tahun. atau 4 orang. -5% PDB Indonesia.
Saksikan juga video “Anggaran Pangan Gratis Bergizi Rp 71 T Perjanjian Jokowi-Prabowo”:
(bantuan/fdl)