Jakarta –

Inflasi Indonesia dikatakan terkendali hingga 3% pada Mei 2024. Menteri Keuangan Shri Mulyani Indrawati mengatakan, hal ini disebabkan harga pangan yang tadinya naik kini turun.

Shri Mulyani mengatakan, tekanan harga pangan yang mencapai puncaknya antara Desember 2023 hingga April 2024 mulai mereda karena kerawanan pangan. Hal ini mengakibatkan inflasi RI turun dari 3% menjadi 2,84% per tahun (annual).

“Kontribusi pangan yang tidak berkelanjutan terhadap inflasi mulai menurun dalam grafik yang kini sebesar 8,14%. Hal ini tentunya akan menjadi perkembangan yang positif, karena industri harga secara langsung menurunkan daya beli masyarakat banyak, terutama masyarakat menengah ke bawah.” mengatakan pada konferensi tersebut. Kami APBN Press edisi Mei 2024 mengutip tayangan YouTube Kementerian Keuangan pada Kamis (27/6/2024).

Selain itu, inflasiadministered price juga masih stabil dan rendah yaitu sebesar 1,52%. Menurut dia, hal tersebut terjadi padahal tidak ada perubahan pada berbagai harga yang diatur pemerintah. Sementara itu, inflasi inti sedikit meningkat menjadi 1,93%.

Shri Mulyani menjelaskan, inflasi inti menyumbang 680 barang atau 65% dari total harga keranjang konsumen. Inflasi harga terkendali pada 41 barang atau 19,2 persen. Sedangkan untuk inflasi volafile food terdapat 126 daftar kelompok bahan makanan yang mempengaruhi inflasi dengan bobot 15,8%.

“Perekonomian kita dengan tingkat inflasi yang rendah, relatif stabil dan dalam kondisi pertumbuhan positif sekitar 5%, itu bagus. Karena jarang ada negara yang bisa mempertahankan pertumbuhan di atas 3% sekalipun.”

Sementara itu, kata dia, prospek perekonomian Indonesia dalam jangka pendek masih tetap baik. Hal ini terlihat dari Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) yang masih stabil di angka 125,2. Kemudian Indeks Pengeluaran Mandiri (MSI) juga berada di angka 45 dan rata-ratanya masih tinggi dan tumbuh positif.

Selain itu, indeks penjualan riil juga meningkat sebesar 4,7%. Menurutnya, PMI Indonesia juga masih dalam mode long di angka 52,1. Konsumsi listrik untuk dunia usaha meningkat 8,6 persen dan industri sebesar 1,8 persen dari zona negatif ke zona positif.

“Ini merupakan hal yang positif terhadap kegiatan perekonomian, kemudian dari penerimaan pajak dari PPN terlihat jelas bahwa dinamika perekonomian masih positif,” ujarnya.

Terakhir, konsumen semen juga menunjukkan peningkatan sebesar 11,2% dibandingkan tahun lalu. Hal ini di saat aktivitas konstruksi pasca lebaran dan hari raya lainnya kembali marak dan meningkat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya konsumsi semen.

Saksikan juga videonya: BI terus menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia

(shc/kil)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *