Jakarta –
Dalam beberapa tahun terakhir, adaptasi tenaga kerja menjadi hal yang lumrah di startup berbasis digital. Seperti industri e-commerce atau e-commerce.
Adaptasi dan perubahan di berbagai sektor bisnis nampaknya memperkuat fondasi badai teknologi musim dingin. Benarkah itu?
Tech winter adalah istilah populer yang menggambarkan keadaan startup baru yang mulai mengalami kegagalan satu demi satu dalam 3-4 tahun terakhir. Teknologi musim dingin sendiri disebabkan oleh peningkatan biaya modal yang memaksa investor untuk lebih teliti dalam memilih investasinya untuk memaksimalkan hasil investasi dan meminimalkan risiko. Situasi yang mengarah pada penyesuaian ukuran usaha, termasuk tenaga kerja.
Menurut Layoffs.fyi, 1.185 perusahaan teknologi akan memberhentikan sekitar 262.000 karyawan pada tahun 2023. Pada tahun 2022, 1.064 perusahaan teknologi akan menyesuaikan tenaga kerjanya menjadi sekitar 164.000 karyawan.
Di Asia Tenggara sendiri, biaya investasi teknologi industri juga akan terdampak sepanjang tahun 2023. Perusahaan startup riset dan investasi Tracxn Technologies, dalam laporan tahunannya Geo:SEA Tech 2023, menyebutkan bahwa pada akhir Desember 2023, sektor teknologi Asia Tenggara mengalami penurunan pendanaan sebesar 4,3 miliar dolar AS atau 65%. 4,3 miliar dollar AS dibandingkan tahun sebelumnya.
Pendiri dan Managing Partner East Ventures, Wilson Suhu berpendapat bahwa ketika hal ini terjadi di industri teknologi, perusahaan perlu melakukan penyesuaian agar tetap relevan.
“Dengan iklim global yang tidak menentu, semua perusahaan, apa pun sektor industrinya, harus berupaya untuk tetap relevan,” kata Wilson, Rabu (28/2/2024).
Dalam spektrum ini, sebagian besar perusahaan e-commerce mengambil tindakan drastis untuk beradaptasi terhadap perubahan pasar dan meningkatkan efisiensi operasional.
Karena dalam lanskap bisnis yang dinamis, adaptasi tidak bisa dilihat sebagai strategi tunggal. Namun ada juga inisiatif strategis.
Perubahan struktural ditujukan untuk mencapai kelincahan yang diperlukan untuk mengatasi perubahan Proses pemasaran yang cepat.
Dalam California Journal of Economic Management, Volume 41(2), berjudul ‘Kapan Restrukturisasi Meningkatkan Efisiensi?’ Karya Bowman dan Singh (2013) menyebutkan adaptasi bisnis sebagai strategi alternatif untuk mendukung perusahaan yang mengalami penurunan produktivitas.
Selain itu juga dapat disebabkan oleh munculnya peluang-peluang strategis baru yang meningkatkan kepercayaan perusahaan terhadap pasar modal. Pada akhirnya, hal ini dapat berdampak signifikan terhadap nilai pasar perusahaan.
Adaptasi merupakan salah satu upaya perusahaan untuk merespon secara cepat dan berkelanjutan terhadap seluruh pergerakan pasar. Dengan strategi pengukuran yang inovatif, perusahaan berharap dapat menciptakan peluang baru dalam industri e-commerce yang kompetitif dan semakin aktif. (acd/ego)