Batavia –
Belakangan ini, popularitas vinyl atau piringan hitam mengambil alih. Di tengah menjamurnya musik digital digital yang mudah didengarkan, penjualan piringan hitam terus meningkat.
Pemulihan media fisik di Indonesia semakin terlihat setelah dibukanya pabrik vinyl pertama setengah abad lalu. Bengkel tersebut berlokasi di Kawasan Industri Cengkareng, dengan nama PHR Pressing.
Pendiri dan CEO PHR Pressing Johan Mantiri mengatakan jika uang yang dikeluarkan setiap bulan untuk vinyl adalah Rp. Pasalnya, 1% penduduk Indonesia berhasil diajak menikmati media fisik berupa piringan hitam.
Seberapa besar kemungkinan bisnis ini kembali sukses? Apa hubungannya hal ini dengan kesejahteraan orang-orang yang berkecimpung di industri musik? Lihat tanggapan d’Mentor terhadap situs ini: Menjelajahi Kekuatan Catatan Bisnis Hitam yang Muncul dari Penahanan. (eds/eds)