Jakarta –
Perundingan perjanjian perdagangan Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) masih berlangsung. Terakhir, putaran ke-18 dilaksanakan pada 13-17 Mei 2024 dan dilanjutkan dengan pertemuan Chief Negotiator (CN) pada 18-19 Mei di Brussels, Belgia.
Edi Prio Pambudi, Wakil Menteri Koordinator Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Perekonomian, menyatakan perundingan putaran ke-18 berjalan baik dan banyak kemajuan yang dicapai.
“Pada putaran sebelumnya ada 8 isu yang dibahas dan saat ini ada 11 isu yang berhasil kita negosiasikan,” kata Edi dalam konferensi pers yang digelar di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (30/5). / 2024).
Dari total 21 isu yang dibahas dalam IEU-CEPA, terdapat 10 isu yang belum dapat disepakati oleh Indonesia dan Uni Eropa. Kedua negara sepakat menyelesaikan perundingan sebelum masa jabatan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen berakhir.
“Jadi kami berharap pertemuan 1-5 Juli (2024) ini menjadi pertemuan terakhir,” ujarnya.
Perundingan sukses Indonesia dengan Uni Eropa meliputi Fasilitasi Kepabeanan dan Perdagangan, Fasilitasi Perdagangan, Kerjasama Ekonomi dan Peningkatan Kapasitas, Hambatan Teknis Perdagangan (TBT), Sanitasi dan Fitosanitasi, Usaha Kecil Menengah dan Penyelesaian Konflik Lalu ada kerangka kelembagaan dan peraturan (IFP), transparansi, praktik peraturan yang baik, dan sistem pangan berkelanjutan (SFS).
Sedangkan permasalahan yang belum berhasil dinegosiasikan adalah perdagangan barang, BUMN, pengadaan pemerintah, dan perdagangan jasa.
“Masalahnya bukan di kita, masalahnya di EUDR. Saat saya mendampingi Menko (Airlangga Hartarto) di semua pertemuan dengan para menteri Inggris, Menko mencontohkan kesepakatan yang tidak pernah dipenuhi,” jelasnya. Edi. karena “dia melakukannya sendiri, di Indonesia ada standar yang diakui, ISPO, tapi dia melakukannya sendiri.”
Sebagai informasi IEU-CEPA dimulai sejak tahun 2016 atau 8 tahun lalu. Perundingan ini bertujuan untuk membuka perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa, yang akan memberikan manfaat ekonomi melalui peningkatan PDB.
Studi yang dilakukan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) (2021) menunjukkan bahwa dampak terhadap pendapatan akan meningkat sebesar 0,19% dari pertumbuhan PDB riil Indonesia, atau mencapai $2,8 miliar bagi Indonesia. Potensi peningkatan volume ekspor Indonesia ke Uni Eropa sebesar 57,76%. (tolong tolong)