Jakarta –
Desa Adat Miduwana menjadi perhatian setelah dinobatkan sebagai desa dengan umur terpanjang bersama Gili Aiyang di Sumenep. Berikut fakta desa Miduana.
Desa Midwana terletak di Desa Balegde Kecamatan Naringul. Letaknya jauh dari perkotaan, yakni 172 km dari pusat kota Cianjur.
Perkiraan tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bersama Economic Research Institute of ASEAN and East Asia (ERIA).
Penelitian bertajuk Healthy Active Aging and Longevity in Indonesia (HALO Project): Gizi dan Status Kesehatan, Gaya Hidup, Profil, Kualitas Hidup dan Status Lingkungan 79 Orang Berusia 70 Tahun Ke Atas di Penduduk Desa Gili Yang dan Midwana. Tempat Dari seluruh responden, 42 orang berasal dari Gili Yang dan 37 orang berasal dari Midwana.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 5 orang berusia 78-79 tahun, 12 orang berusia 88-89 tahun, 17 orang berusia 98-99 tahun, dan 8 orang berusia 100 hingga 100 tahun di Gilli Yang
Saat ini di Midwana terdapat 8 orang berusia 70-79 tahun, 14 orang berusia 88-89 tahun, 12 orang berusia 98-99 tahun, dan 3 orang berusia 100 hingga 100 tahun.
Jika Gili Aiyang didominasi pantai, maka Kampung Miduwana memiliki udara yang lebih sejuk karena letaknya yang lebih tinggi. Dengan kesejukan, tradisi dan budayanya, Desa Miduana menjadi destinasi wisata baru di Cianjur, Jawa Barat.
Struktur rumah adat masyarakat Midwana yang masih dipertahankan hingga saat ini merupakan sebuah tradisi yang luar biasa. Warganya masih mengenakan pakaian adat lengkap dengan totopong atau ikat kepala khas Sunda. Masyarakat adat Midwana dikenal sangat kuat mempertahankan tradisi dan budaya Sandana.
Miduana berasal dari kata ‘Miduva’ yang artinya membagi atau membagi menjadi dua. Nama tersebut merujuk pada letak desa yang terbagi karena terletak di antara dua sungai, Sipandak Hilir dan Sipandak Girang.
Kedua sungai ini bertemu membentuk sungai Sipandak (utama) dan mempunyai aliran yang landai dan tidak deras. Saat pertama kali dibuka, desa berjuluk Joglo Alas Roban ini dipimpin oleh seorang kakek yang tinggal bersama sembilan kepala keluarga.
Mereka kemudian mewariskannya secara turun temurun kepada cucu-cucu mereka, dan hingga saat ini mereka tetap mempertahankan tradisi asli Pajazor dengan segala peraturan dan ketentuannya. Keturunan Kerajaan Pajajaran
Salah satu sesepuh Desa Adat Kokolot atau Miduwana mengatakan, Desa Balegede atau Desa Adat Miduwana tidak lepas dari karakter kembar Eyang Jagat Nata dan Eyang Jagat Niti. Mereka merupakan keturunan Kerajaan Pajajaran yang mencari tempat menetap untuk menghindari kekacauan Kerajaan Sunda.
Mereka juga merupakan pendiri desa Balegede. Jagath Nata dan Jagath Niti berhasil mendirikan desa baru dan bersama rekan-rekan dari berbagai daerah mendirikan tempat berkumpul besar atau Pasaman, yang kemudian menjadi dasar nama Balegede yang berarti tempat berkumpulnya besar.
Kakek Jagath Niti kemudian mempunyai keturunan bernama Kakek Jagath Sadana. Dialah yang membuka desa atau Dusun Miduana, tak jauh dari Balede.
Jagat Sadan pun langsung mendapat tempat istimewa di kalangan penduduknya karena berhasil membersihkan gurun pasir atau Liuweung Peteng sebagai tempat tinggal. Tradisi khas desa adat Midwana
Midwana meneruskan tradisi penduduk desa tradisional hingga saat ini. Yaitu Dongdonan Wali Salapan, Lanjaran Tatali Paranthi, Mandi Kahuripan, Opatlasan Mulad.
Kesenian yang masih populer adalah Wayang Gejlig, Nayuban dan Lais, Wayang Golek, Calung, Rengkong, Reog, Tarawangsa, Patun Buhun dan lain-lain.
Mayoritas masyarakat desa adat Midwana masih bertani. Selain petani padi, ada juga warga yang menjadi pemotong Aren. Tata cara menanam padi masih bersifat tradisional, bahkan adat istiadat yang masih dijalankan dan tidak boleh dilanggar saat menanam padi.
Warga tidak diperkenankan menanam padi di atas lahan yang ditanami padi4. Rumah adat
Desa ini terdiri dari 21 rumah yang dihuni oleh 21 kepala keluarga. Rumah desa masih sangat tradisional, berupa gubuk bambu dengan dinding panggung.
Keunikannya adalah setiap rumah mempunyai bentuk yang sama dan mempunyai satu kesamaan, pintunya harus menghadap ke selatan. Kebiasaan pergi ke toilet
Setiap rumah juga mempunyai tempat menyimpan kubis, beras dan aparukya atau beras.
Warga desa adat harus melewati goa dan tongkang jika sekedar ingin mandi atau ke toilet untuk buang air besar. Warga juga membangun toilet secara permanen searah perjalanan melalui Goa.6. Hidup warga
Penduduk desa tersebut sebagian besar berusia di atas 70 tahun, lebih dari 100 tahun.
Pengurus Adat Desa Miduana mengatakan, warga Desa Baleje, Kecamatan Naringul, memang telah menerima umur panjang dari Sang Pencipta. Menurut laporan, ada sekitar 14 orang yang berusia di atas 90 tahun dari total 364 orang di desa tersebut.
Rata-rata usia masyarakat di kampung adat Midwana lebih dari 90 tahun. Meski sudah lanjut usia, para lansia di Desa Asar Miduwana masih terlihat sehat. Faktanya, sebagian besar dari mereka masih kuat untuk membuat jus, pergi ke ladang dan melakukan pekerjaan lain di sekitar rumah.7. Desa itu ditutup
Desa Adat Mudiana sempat masuk dalam daftar desa adat di Jawa Barat pada tahun 1980, namun keberadaannya memudar karena kurang mendapat perhatian.
Warga pun kembali disegel agar tidak terpengaruh budaya luar sehingga menghilangkan tradisi-tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Namun kini kampung adat Miduwana sudah dibuka kembali dan ditata sebagai objek wisata budaya, kata Rustiman.
Saksikan video “Menikmati indahnya suasana nyanyian dan tarian di Rumah Doa Bukit Rahma Magelang” (FEM/FEM).