Jakarta –
Baru-baru ini, sebuah video animasi tentang operasi transplantasi leher menjadi viral di media sosial. Proyek yang diberi nama BrainBridge ini diklaim bisa menjadi solusi berbagai permasalahan kesehatan di masa depan.
Proses yang terlihat cukup menakutkan ini dilakukan melalui kombinasi kecerdasan buatan (AI) dan robotika. Meminimalkan campur tangan manusia dalam proses tersebut dikatakan dapat mengurangi risiko kesalahan manusia.
Penggunaan robotika juga bertujuan untuk mempercepat proses sehingga meningkatkan peluang kelangsungan hidup. Dalam video tersebut terlihat dua set lengan robot yang bergerak seketika dan sekaligus menghubungkan kepala dari satu tubuh ke tubuh lainnya.
Apakah ada yang mau mendonasikan rambutnya? Donor dapat berasal dari orang-orang yang pernah mengalami kematian otak atau menderita penyakit serius seperti kanker dan penyakit neurodegeneratif yang menyebabkan kelumpuhan untuk berpindah ke tubuh yang “lebih sehat”, kata video tersebut.
Pertanyaan selanjutnya, apakah konsep ini benar-benar realistis? Situs MIT Technology Review yang memulai analisis memberi label video tersebut “palsu” dan menegaskan bahwa BrainBridge sendiri bukanlah perusahaan sungguhan dan tidak berafiliasi dengan pihak manapun.
“Video ini dibuat oleh Hasham Al-Ghaili, seorang komunikator sains dan pembuat film Yaman yang membuat video viral ‘EctoLife’ pada tahun 2022 tentang rahim buatan,” tulis halaman tersebut.
Sama seperti video transplantasi leher yang viral, video rahim buatan juga menjadi topik hangat saat itu. Banyak yang mempertanyakan apakah konsep tersebut benar-benar realistis atau hanya ilusi.
Operasi transplantasi leher dilakukan pada monyet oleh ahli bedah saraf Amerika Robert White pada tahun 1970an. Kepala dua monyet diganti, dan kemudian seluruh sistem saraf dan peredaran darah mereka dijahit menjadi satu secara detail.
BERIKUTNYA: Masalah etika Tonton video “Menjelajahi teknologi HIFU untuk pengobatan fibroid dan adenomiosis” (naik/naik)