Semarang –

Starlink milik Elon Musk dapat melayani kebutuhan internet melalui satelit tanpa tower. Mitratel sebagai perusahaan menara di Indonesia tidak khawatir dengan persaingan.

Hal tersebut disampaikan Hendra Purnama, Chief Investment Officer Mitratel, pada konferensi media Telkom di Semarang, Kamis (30/5/2024). CEO NeutraDC Andreu Thonilus Albert dan CEO Telin Budi Satriya Dharma Purba turut hadir.

Hendra mengklaim Mitratel kini menjadi perusahaan menara dengan aset terbesar. Pada Q1 2024, mereka sudah memiliki 38.135 menara, termasuk 121 menara baru, 57.808 penyewa, termasuk 399 penyewa baru, dan fiber sepanjang 36.257 km, termasuk fiber baru sepanjang 3.736 km.

Lalu bagaimana dengan keberadaan Starlink? Secara konseptual, Hendra mengatakan Starlink tidak menawarkan sesuatu yang baru. Menara di daerah terpencil juga menggunakan link VSAT seperti SMS. Namun dengan Starlink Anda juga bisa memberikan layanan data.

“Starlink bukan pengganti tapi pelengkap. Kalau Starlink masyarakat harus beli perlengkapan dan biaya bulanannya tidak murah. Tidak murah bagi masyarakat Indonesia di wilayah ini,” kata Hendra.

Hendra mengatakan Mitratel memiliki kemitraan strategis dengan Starlink melalui Telkomsat. Starlink sebagai satelit Low Earth Orbit (LEO) digunakan untuk infrastruktur di daerah pedesaan dan terpencil.

“Saat Starlink kita sambungkan ke BTS, pelanggan membayar harga reguler. Jadi layanannya sama tanpa membeli Starlink,” ujarnya.

Misalnya saja bagi pihak tengah hutan yang ingin berlangganan Starlink dan punya uang, itu tidak menjadi masalah bagi Mitratel. Starlink sangat ideal untuk daerah terpencil.

“Sampai saat ini kami belum melihatnya sebagai kompetitor. Saat ini Starlink sangat ideal untuk daerah terpencil. Kami bisa membangun tower di Papua dalam 6 bulan jika Starlink hanya menggunakan alat dan pabrikannya saja,” ujarnya.

Ketika Starlink hadir untuk melayani pelanggan ritel, atau bisnis ke pelanggan, Mitratel tidak keberatan. Menurut perhitungan mereka, pergerakan Starlink tidak menjadi masalah, lebih banyak penontonnya karena ditonton oleh publik.

Hendra mencontohkan Amerika Serikat yang menara dan layanan selulernya masih ada meski Starlink ada. Dia mengingatkan kita bahwa Starlink pun memiliki batasan kapasitas. Jika hanya 10% pengguna ponsel saat ini yang beralih ke Starlink, jaringan mereka tidak akan kuat.

“Kalau pulang, ada fiber optic dan WiFi. Tinggal menjaga kualitas. Kabel masih lebih cepat,” tutupnya. Saksikan video “Uji Laik Sebagian Lulus, Starlink Akan Diuji di IKN” (fay/fyk)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *