Jakarta –
Pakar epidemiologi Dicky Budiman mengatakan virus Oropoche yang telah menewaskan dua orang di Brasil juga bisa menyebar ke Indonesia. Virus Oropouche baru-baru ini ditemukan karena merupakan penyakit pertama yang dilaporkan di negara Amerika Latin tersebut.
Dickey mengatakan, virus oropouche bukanlah penyakit baru dan sudah ditemukan sejak tahun 1995. Virus ini telah menyebar luas di negara-negara Amerika Latin dan saat ini terdapat di Brasil dan Peru.
“Kemungkinan wabah ini tinggi dan mungkin terjadi di negara-negara tropis lainnya di ASEAN dan Indonesia. Namun hal ini masih banyak terjadi di habitat satwa liar atau hutan, daerah yang dekat dengan pedesaan dan daerah yang banyak lalat,” ujarnya kepada Decicom, Minggu. . 28 Juli 2024).
Dickey meminta pemerintah melakukan pemeriksaan lebih ketat, termasuk pemeriksaan di pintu masuk. Selain itu, mereka mungkin mengeluh demam.
Gejala virus Oroposh mirip dengan demam berdarah dengue, namun kekhawatiran dari virus Oroposh adalah virus ini dapat mempengaruhi kemampuan ibu untuk melahirkan bayi dengan kepala kecil.
“Ini bisa jadi mirip dengan virus Zika dan jika dikendalikan bisa berakibat fatal,” katanya.
Kabar baiknya, belum ada laporan penularan dari manusia ke manusia. Oleh karena itu, kecil kemungkinannya hal ini akan menjadi pandemi berikutnya setelah COVID-19.
“Ini penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Jadi tidak ada penularan dari manusia ke manusia. Potensi wabahnya kecil atau tidak ada,” ujarnya.
Kementerian Kesehatan Brazil mengatakan kedua wanita yang meninggal tersebut merupakan wanita pertama di dunia yang meninggal di bawah usia 30 tahun dan tidak memiliki riwayat penyakit serius. Pasien mengeluhkan gejala yang mirip dengan demam berdarah dengue (DBD) berat, antara lain: Demam Nyeri otot Kekakuan sendi Sakit kepala Pusing Mual Pusing Sensitivitas terhadap cahaya.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) A.S., gejala infeksi virus Oropoche biasanya dimulai 4 hingga 8 hari setelah kematian. Gejala biasanya berlangsung 3 sampai 6 hari.
“Kementerian Kesehatan tidak memungkiri sengaja menciptakan polusi untuk menimbulkan penyakit 2.0” (sao/naf) Tonton videonya