Jakarta –

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian membeberkan kebijaksanaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menekan inflasi. Menurut Ilmu Pengendalian Inflasi Harvard, hal serupa yang berlaku di seluruh dunia adalah pengendalian bunga bank.

“Kalau inflasi tinggi, suku bunga naik. Begitu suku bunga naik, produksi turun, permintaan turun, otomatis inflasi turun. Tapi kalau inflasi sangat rendah, bunga juga turun, sehingga permintaan meningkat. Pengetahuan adalah ini. Ini,” jelas Tito, dikutip dari Antara, Sabtu (8/6/2024).

Namun, Jokowi tidak setuju dengan cara tersebut. Jokowi meminta Tito mengendalikan inflasi terkait penyebaran pandemi Covid-19 dengan melibatkan seluruh pihak di daerah berikut ini.

Tito juga menuturkan, ketika disinggung oleh Presiden bahwa tindakan yang akan dilakukan adalah menguasai wilayah, ia tak bisa tinggal diam.

“Pak Jokowi bilang tidak, kita pakai ilmu lain, ilmu Covid-19. “Tidak ada seorang pun di dunia ini yang ahli dalam menangani Covid karena wabah Covid terakhir terjadi pada tahun 1927, artinya sudah lebih dari 100 tahun,” kata Tito.

Jokowi kemudian meminta ilmu tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan inflasi. Tito mengatakan, Jokowi juga meminta seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengkaji setiap sektor dengan menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Dengan mekanisme tersebut, lanjut Tito, inflasi bisa terkendali hingga 2,84%, bahkan pada Mei 2024 terjadi deflasi bulanan yang pertama kali sejak September 2022 yakni minus 0,03%.

“Makanan, minuman, dan tembakau secara umum selalu berwarna merah. Pada Mei 2024 saja, makanan, minuman, dan tembakau yang mungkin selalu berwarna merah justru akan rusak sebesar 0,29 persen,” ujarnya.

Di sisi lain, pencapaian tersebut tidak lepas dari kiprah Menteri Pertanian Andy Amran Suleiman, Kepala Badan Pangan Nasional (BAPANA) Arif Prasetio Adi, dan CEO Perum Bulog Bayu Krishnamurthy yang bekerja di bidang pangan. .

Tito juga mengatakan, Jokowi adalah sosok yang tepat disebut sebagai “bapak pengendalian inflasi”. Hal ini menanggapi pernyataan Menteri Pertanian (Menton) Andy Amran Suleiman yang menyebut dirinya sebagai “Bapak Pengendalian Inflasi”.

“Jadi sebenarnya Pak Jokowi bapak inflasi, tapi sebenarnya Menteri Pertanian, Kepala Badan Pangan, dan Direktur Bulog yang melakukan pekerjaan. Kami (Kementerian Dalam Negeri) hanya membantu koordinasi saja,” ujarnya.

Tito juga mengaku mendapat informasi ketika inflasi di Indonesia mencapai 6% pada tahun 2022. Saat itu, ia ditugaskan oleh Jokowi untuk mengendalikan inflasi.

Sebaliknya, inflasi saat itu mencapai puncaknya pada September 2022, dan nama Jokowi diambil dari nama tersebut. Inflasi kini turun menjadi 2,84% hingga Mei 2024.

“Pemerintah pusat kita targetkan pengendalian inflasi sebesar 2,5% plus minus 1% yaitu maksimal 3,5% dan minimal 1,5%,” tutupnya. (Ada/RRD)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *