Jakarta –

Kolumnis kebijakan publik Universitas Trishakti Trubus Rahardianza menilai peran base transceiver station (PTS) dalam menyediakan akses Internet kepada masyarakat masih diperlukan. Jika infrastruktur segera diganti maka negara akan dirugikan.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marws) Luhut Binsar Panjaitan dalam keterangannya mengatakan, BTS tidak diperlukan lagi setelah Starlink masuk ke Indonesia.

Trubus mencatat, selama puluhan tahun, perusahaan telekomunikasi dalam negeri telah melakukan investasi besar-besaran untuk mendukung pemerintah dalam menyediakan layanan telekomunikasi.

“Benarkah pemerintah sudah tidak membutuhkan mereka lagi dan akan beralih ke Jalak baru di Indonesia? Apalagi niat investasi mereka di Indonesia hanya gimmick,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

Ia mengeluhkan sikap pemerintah terhadap layanan khusus Starlink, terutama pernyataan Lugut bahwa ia tidak lagi membutuhkan BTS karena akan membuat investasi negara di bidang telekomunikasi tidak diperlukan lagi. Badan Telekomunikasi dan Akses Informasi (Bhakti).

“Untuk penyelenggaraan layanan telekomunikasi di wilayah 3T, pemerintah telah mengalokasikan dana triliunan melalui COMINFO untuk pembangunan Palaba Ring, meliputi Palaba Ring Timur, Palaba Ring Tengah, dan Palaba Ring Barat. Satelit Satria-1,” ujarnya.

Selain itu, kata Trubus, jika pemerintah memindahkan Starling ke pelosok negeri, bisa menimbulkan kerugian negara. Pasalnya, dana pembangunan infrastruktur telekomunikasi pada 3T salah satunya berasal dari Universal Service Obligation (USO) sebesar 1,25% dari total pendapatan operator seluler yang dibayarkan kepada pemerintah.

“Investasi yang dilakukan dengan dana USO dan APBN akan sia-sia. Padahal, hal ini akan membuka kemungkinan kerugian negara yang sangat besar,” kata Trubus.

Trubus mencermati pernyataan Lugut yang menyebut kehadiran Starling akan membuka peluang persaingan antar pemain bisnis telekomunikasi.

“Jika perusahaan telekomunikasi Luhut ingin bersaing dengan raksasa teknologi global, pemerintah harus memulihkan industrinya terlebih dahulu. Apalagi sebagian besar perusahaan telekomunikasi di Indonesia adalah UMKM,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Luhut mengatakan Starlink memudahkan masyarakat mengakses internet untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan, dikutip detikFinance. Hal inilah yang membuatnya yakin bahwa dirinya tidak lagi membutuhkan BTS.

Tidak perlu BTS, orang sudah punya Starlink, kata Luhut dalam talkshow di Global Tower, Jakarta Pusat, Selasa (6 April).

Di sisi lain, Luhut mengatakan pemerintah pada hakikatnya memberikan ruang bagi perusahaan telekomunikasi global, nasional, bahkan BUMN untuk bersaing. Karena melalui persaingan, perusahaan saling meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.

“Kami benar-benar ingin memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang, dan menurut saya hal itu akan memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat, siapa yang paling diuntungkan? Komunitas, bukan? Jika Anda tidak bisa bersaing, itu salah Anda. Tugas pemerintah adalah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” tutupnya. Tonton video “Starlink akan diuji di IKN jika lolos uji kelayakan operasional” (agt/rns)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *