Morovlis –

PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), pengelola kawasan industri di Morowali, tak hanya fokus memasok nikel ke dalam negeri. Namun kami berupaya untuk berkontribusi dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang siap di hilir.

Achamanto Mendatu, Kepala Sumber Daya Manusia (SDM) PT IMIP, mengatakan beberapa langkah telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas talenta Indonesia, khususnya pekerja Indonesia yang bekerja di IMIP, salah satunya dengan memberikan beasiswa ke Tiongkok.

Dijelaskannya, beasiswa tersebut diberikan dalam bentuk pelatihan langsung di Negeri Tirai Bambu. Sifat pelatihannya pun beragam, mulai dari jeruk keprok hingga pengembangan baterai kendaraan listrik (EV).

“Jenis (pelatihannya) bermacam-macam. Hampir semua pelatihan ada, seperti pelatihan bahasa. TKA (tenaga asing) kita ajari bahasa Indonesia, kita (tenaga Indonesia) – pelatihan bahasa Mandarin. Ratusan orang kita kirim (belajar). di Tiongkok), Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu.

Dijelaskannya, para pekerja Indonesia penerima beasiswa tersebut juga mendapatkan banyak bekal, seperti akomodasi selama studi, uang saku, dan tempat tinggal di China. Selain itu, pegawai yang mendapat beasiswa dan membiayai kuliahnya juga mendapat gaji.

Menurutnya, berbagai fasilitas tersebut dimaksudkan agar pegawai bisa lebih fokus dalam studinya.

Otomatis tentu tidak mungkin (tempat tinggalnya) tidak diasuransikan, jelasnya.

Pekerja di bidang IMIP sudah banyak yang mendapatkan beasiswa dan salah satunya adalah Ashari. PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry (GCNS) Furnace Division-Ferronickel Department Deputy Manager berkesempatan belajar bahasa Mandarin secara intensif selama dua tahun.

Ashari mengatakan pelatihan tersebut meliputi 1 tahun studi online dan 1 tahun di Universitas Shandong China. Ia menambahkan, pembelajaran daring dilakukan karena situasi pandemi Covid-19 saat ini yang membuatnya tidak bisa bepergian ke Tiongkok.

“Karena Covid-19, programnya 2 tahun, awalnya 1 tahun. Kemudian September 2023 kita ke sana (China). Kalau ke sana, ke Shandong University di China,” kata Ashari.

Pria asal Sulawesi Selatan pun menceritakan kisahnya mengikuti program beasiswa bahasa Mandarin. Oleh karena itu, mereka dibebaskan dari berbagai biaya selama mengikuti program ini.

Bahkan pada tahun pertama pendidikan online, ia diberhentikan sementara dari tugasnya di perusahaan. Ia diinstruksikan untuk lebih fokus belajar bahasa Mandarin.

Sebelum pindah ke China, Ashari mendapat pelatihan dasar bahasa Mandarin dari perusahaannya. Ashari mengatakan, keinginannya untuk belajar bahasa Mandarin tidak lepas dari upayanya berkomunikasi dengan banyak rekan TKA.

“Pertama bermula dari kekhawatiran daerah itu karena sulit berkomunikasi, harus bergantung pada juru bicara dalam hal apa pun. Kalau juru bicara ada kegiatan lain, kami menghubungi pihak China, kami sulit berkomunikasi. Jadi entah bagaimana, kita harus berkomunikasi dengan atasan dan rekan kerja, perlu belajar berkomunikasi,” jelasnya.

Setelah mendapat pelatihan dasar bahasa Mandarin, ia langsung dikirim ke Tiongkok untuk mengikuti Program Beasiswa Mandarin Tingkat Lanjut. Ashari mengaku banyak pengalaman yang didapatnya selama kuliah di sana.

Ashari mendapatkan pengalaman berkesan saat belajar bahasa Mandarin serta budaya dan sejarah Tiongkok bersama rekan-rekan mahasiswanya dari berbagai negara. Setidaknya 15 orang dari berbagai negara berpartisipasi dalam acara ini.

Meski menjadi satu-satunya orang Indonesia yang mengikuti beasiswa tersebut, Ashari tidak merasa rendah diri dan malu. Ia yakin akan terus belajar bahasa Mandarin dengan serius.

“Satu kelas ada 15 orang, 1 dari Indonesia, satu lagi dari Laos, Thailand, Myanmar, Korea Selatan, Jepang, dan Mongolia. Ada yang dari Eropa yaitu Belarus, Hongaria, Italia, Portugal, dan Belanda. Jadi kita semua berkumpul dalam satu kelas,” ujarnya

Selama di sana, Ashari mengaku mengikuti perkuliahan 5 hari dalam seminggu selama 1 tahun. Konten yang disediakan juga mencakup bahasa Mandarin untuk berbagai keperluan pekerjaan, bisnis, dan umum.

“Ada (kelas) 5 hari dalam seminggu, mulai jam 8 pagi sampai jam 5 sore,” kata Ashari.

Setelah kembali ke sana, ia mengungkapkan bahwa kemampuan bahasa Mandarinnya meningkat secara signifikan.

Bahkan, kemampuan berbahasa Mandarinnya meningkat 80 persen dibandingkan sebelum menerima beasiswa. Hal ini memudahkan dirinya dalam berkomunikasi dengan atasan dan bawahan.

Ia mengakui, program beasiswa Mandarin memberikan dampak positif bagi karier dan pendapatannya.

Tujuannya untuk mengumpulkan uang (pendapatan) semaksimal mungkin, jelasnya.

Tak hanya Ashari, pegawai perempuan juga mempunyai kesempatan yang sama untuk memanfaatkan program beasiswa. Operator Tungku Ruang Kontrol PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Kawasan Industri IMIP, Putri Khusnul Khotimah, menyadari hal tersebut.

Putri berkesempatan mengunjungi dan menghabiskan waktu selama sebulan di Pusat Pelatihan Teknologi Kejuruan Suzhou Industrial Park di Suzhou, Provinsi Jiangsu, Tiongkok. Program beasiswa tersebut merupakan hasil kerja sama IMIP dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko MARVES).

“Jadi awalnya ada pengumuman dari atasan saya di tempat kerja, lalu dia bilang dia akan pergi ke China, lalu dia menelepon saya untuk berbicara dengan manajer. Lalu manajer itu memberi tahu saya, kalau sebulan ada pelatihan di China, dia akan siap, tapi kemudian saya – “Ya, saya bisa,” kata Putri.

Putri mengatakan, China telah dilatih untuk mengembangkan baterai mobil listrik secara gratis. Banyak pengalaman yang didapat selama berada di sana, salah satunya terkait pengembangan energi terbarukan.

“Pelajari baterainya, proses pembuatan kendaraan listrik dan produksinya,” ujarnya.

“Nah, ini soal pengembangan energi terbarukan. Kita bilang: ‘Ini bahan dasar pembuatan sel surya’. Di sana kita berkesempatan mengendarai mobil listrik tanpa awak, tanpa pengemudi. Tapi lingkungan adalah perusahaan. , kami datang,” tambahnya.

Selain mendapatkan ilmu baru, ia mencoba menyemangati rekan-rekan lainnya agar berani dan mau memanfaatkan program beasiswa yang diberikan IMIP. Menurut mereka, hal itu juga dapat membantu karyawan memperkuat atau meningkatkan keterampilannya.

“Iya tentu saja ajak teman-teman (kerja) untuk beasiswa dan pelatihan,” tutupnya. (anl/ega)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *