Jakarta –

Tiongkok telah meluncurkan penelitian nasional untuk memahami mengapa warganya tidak menginginkan dan tidak menginginkan anak. Survei tersebut melibatkan 30.000 peserta dari 1.500 keluarga di 150 wilayah.

Tiongkok dikenal sebagai salah satu negara dengan angka kelahiran terendah di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap orang tua.

Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi keluarga dan menganalisis perasaan takut dan enggan terkait kelahiran anak.

Menurut Survei Kependudukan dan Pembangunan Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, informasi ini akan memberikan bukti ilmiah untuk meningkatkan kebijakan dukungan kesuburan. Hal ini termasuk menciptakan insentif baru.

Menurut Newsweek, angka kelahiran di Tiongkok terus menurun. Pada tahun 2023, angka tersebut turun ke level terendah 6,39 per 1.000 orang. Jumlah kelahiran meningkat hampir dua kali lipat, dari 18,8 juta pada tahun 2016 menjadi hanya 9,5 juta pada tahun 2023.

Tren ini terus mempunyai implikasi yang signifikan bagi masa depan Tiongkok. Berkurangnya angkatan kerja dan populasi yang menua dapat mengancam kesehatan perekonomian dalam jangka panjang, membebani kesejahteraan penduduk, dan berpotensi melemahkan produktivitas perekonomian.

Song Jian, ahli demografi di Pusat Penelitian Kependudukan dan Pembangunan di Universitas Renmin, menyatakan bahwa kebijakan Tiongkok, yang awalnya membatasi jumlah anak menjadi dua, kini akan mengizinkan tiga anak per keluarga pada tahun 2021.

“Namun, perubahan kebijakan ini tidak membalikkan tren penurunan angka kelahiran,” kata Song.

Ia mengakui bahwa penelitian bukanlah solusi akhir untuk masalah ini. Namun, hal ini akan membantu meningkatkan tingkat dukungan kebijakan dan informasi.

Secara umum, populasinya menurun. Jumlah ini terus bertambah seiring dengan Tiongkok yang siap menjadi masyarakat yang sangat tua, dimana penduduk berusia 65 tahun ke atas akan mencapai hampir 20% dari populasi.

Meskipun pemerintah menerapkan berbagai langkah kesuburan, termasuk insentif dan kebijakan dasar yang bertujuan mengurangi kehidupan sosial, upaya tersebut tidak mampu membalikkan penurunan angka kelahiran. Tonton video “Video: Tingkat Pernikahan Rendah, Presiden Korea Selatan Diduga Ejek Program ‘Saya Hidup Sendiri'” (sao/kna)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *