Jakarta –
Pemerintahan baru telah menetapkan target investasi jumbo. Secara kumulatif, Indonesia diperkirakan akan berinvestasi hingga Rp 11.855,5 triliun dalam 5 tahun.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Penanaman Modal/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosen Roslani. Target investasi tersebut merupakan indikasi target realisasi investasi pada tahun 2025-2029.
Hingga akhir tahun 2029 perkiraan total investasi baik PMA maupun PMDN sebesar Rp 11,674 triliun hingga Rp 11.855,5 triliun, kata Rosen dalam rapat kerja (RAKER) dengan Komisi VI DPR RI di Senayan Jakarta, Selasa (3/9) . /). 2024)
Sedangkan khusus tahun 2025, Kementerian Investasi/BKPM menargetkan realisasi investasi sebesar Rp1,905 triliun. Target investasi ini juga meningkat setiap tahunnya, kata Rosen. Pada tahun 2026, investasi ditargetkan meningkat menjadi Rp 2.133,5 triliun.
Kemudian pada tahun 2027 naik lagi menjadi Rp 2.373,6 triliun dan tahun 2028 menjadi Rp 2.649,4 triliun dan tahun 2029 menjadi Rp 2.793,3 triliun. Sebab, akumulasinya mencapai Rp 11.855,5 triliun.
Pesimisme mencapai target 2025 Rp 1.905 T
Di sisi lain, pagu anggaran Kementerian Penanaman Modal/BKPM pada tahun 2025 hanya dipatok sebesar Rp681,88 miliar. Angka tersebut hanya 43,39% dari rencana kebutuhan anggaran sebesar Rp 1,57 triliun yang diajukan tahun depan. Angka tersebut turun 44,5% dari alokasi anggaran 2024 sebesar Rp 1,23 triliun.
Menurut Rosen, minimnya anggaran tahun depan justru membuat target tersebut semakin sulit tercapai. Menurut dia, nominal tersebut hanya mampu menutupi aktivitas pokok seperti biaya gaji dan aktivitas perkantoran.
Untuk mencapai target investasi tersebut, pembenahan OS dan Sekretariat memerlukan lebih banyak dukungan pendanaan untuk berbagai kegiatan representatif seperti perencanaan, hilirisasi, pengembangan, promosi, kerjasama, pelayanan, pengadaan, implementasi, teknologi informasi yang belum dilaksanakan secara efektif.
“Berdasarkan rancangan awal RKP 2025, target realisasi investasi yang ditetapkan sebesar Rp 1,905 triliun sangat sulit dicapai. Jadi ditingkatkan dari Rp 1,650 triliun (target 2024) menjadi Rp 1,905 triliun,” ujarnya. . .
“Tentu akan berdampak pada penciptaan lapangan kerja, berkurangnya pelayanan kepada pengusaha dan sebagainya,” ujarnya.
Selain biaya, menurutnya, situasi geopolitik dan gejolak perekonomian global juga menjadi tantangan bagi investasi di Indonesia. Setelah itu, partai akan mulai fokus mempertahankan investasi di sektor investasi hijau, infrastruktur konektivitas, transisi energi, investasi hilir dan berorientasi ekspor.
Investasi prioritas di bidang ketahanan pangan dan ketahanan energi berkelanjutan juga penting, kata Rosen. Terakhir, perlu adanya perbaikan terus-menerus terhadap pelayanan usaha melalui OSS atau online single submission.
“Hal lainnya adalah perlunya Dana Alokasi Khusus (DAK) non fisik yang digunakan melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu untuk memperlancar realisasi penanaman modal di daerah,” ujarnya. (shc/kilogram)