Jakarta –
Dua maskapai penerbangan terkenal saat ini sedang mengalami turbulensi besar: Singapore Airlines dan Qatar Airways. Berikut penyebab kedua pesawat mengalami turbulensi hebat hingga berakibat fatal.
Singapore Airlines SQ321 dan Qatar Airways QR017 mengalami turbulensi parah sebelum mendarat di Singapura pada 21 Mei 2024. Penerbangan bernomor penerbangan SQ321 dari London itu membawa 211 penumpang dan 18 awak pesawat Boeing 777-300ER. Pesawat terpaksa melakukan pendaratan darurat di Bandara Suvarnabhumi Bangkok setelah sebagian kabin rusak, melukai 12 penumpang dan seorang penumpang lanjut usia meninggal karena serangan jantung.
Kemudian Qatar Airways Doha menuju Dublin, Irlandia pada Minggu 26 Mei 2024. Pesawat Qatar QR17 menggunakan Boeing 787-9 Dreamliner. Saat terbang di atas langit Turki, pesawat tiba-tiba mengalami turbulensi hebat. Menggunakan data ketinggian, FlightRadar24 menunjukkan bahwa penerbangan Qatar Airways QR17 turun 275 kaki dengan kecepatan 21,888 kaki per menit.
Menurut Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (AS), turbulensi merupakan penyebab utama kecelakaan dan cedera. Laporan yang dikutip AFP pada Selasa (28/5/2024) menyebutkan bahwa “tingkat kecelakaan udara terus meningkat”.
Faktanya, turbulensi dalam dunia penerbangan tidak bisa dihindari karena fenomena ini terjadi di udara yang dilalui pesawat. Namun sebagian besar turbulensi ini relatif ringan.
Namun ceritanya bisa berubah jika kumulonimbus terjadi di awan besar, seperti awan badai. Pergerakan udara yang kacau dapat menyebabkan turbulensi sedang atau berat. Turbulensi udara jernih
Jenis turbulensi parah ini sering disebut sebagai turbulensi “udara jernih” (CAT). Seperti namanya, gangguan ini terjadi ketika tidak ada awan dan tidak terlihat, sehingga menjadi lebih bermasalah karena sangat sulit dideteksi.
Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) mendefinisikan turbulensi udara jernih sebagai turbulensi parah yang tiba-tiba di area bebas awan yang menyebabkan guncangan hebat pada pesawat. Mereka sering ditemui secara tidak terduga dan seringkali tanpa isyarat visual untuk mengingatkan pilot akan bahaya.
Turbulensi angin yang nyata biasanya ditemukan di dekat aliran jet dan berhubungan dengan pergeseran angin, mengacu pada perubahan kecepatan atau arah angin secara tiba-tiba, kata badan tersebut. Turbulensi ini biasanya ditemukan pada ketinggian 30.000 hingga 60.000 kaki. Perubahan iklim
Dalam kasus Singapore Airlines dan Qatar Airways, penyebab pasti turbulensi penerbangan kedua maskapai tersebut masih belum diketahui. Namun para ahli mengatakan turbulensi pesawat adalah fenomena kompleks namun menjadi lebih umum karena perubahan iklim.
Tahun lalu, para ilmuwan di University of Reading menemukan bahwa peningkatan emisi gas rumah kaca menyebabkan udara lebih hangat mengubah kecepatan angin dalam aliran jet. Menurut data Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB, perubahan iklim menyebabkan peningkatan intensitas anomali badai di beberapa belahan dunia.
Pada saat yang sama, udara yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembapan, yang menyebabkan angin lebih kencang dan hujan lebat akibat badai, sehingga menyebabkan turbulensi yang lebih hebat. Namun, saat ini tidak ada bukti jelas bahwa siklon tropis semakin sering terjadi di belahan dunia ini. Tonton video “CEO Singapore Airlines Berbelasungkawa atas Insiden Turbulen” (msl/fem)