Jakarta-

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong peningkatan kualitas dan daya jual produk perikanan tuna, serta kelestarian populasinya. Hal ini sejalan dengan gerakan memperingati Hari Tuna Sedunia yang jatuh pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya.

“Tuna merupakan salah satu sumber protein hewani terbaik, jadi tentunya harus berkelanjutan agar dapat dinikmati oleh generasi sekarang dan masa depan.” Keterangan tertulis, Kamis (5/02/2024).

Indonesia sendiri merupakan produsen tuna terbesar di dunia, memproduksi sekitar 19,1% pasokan tuna dunia pada tahun 2022, kata Budi. Produksinya akan mencapai 1,5 juta ton pada tahun 2023. Pada tahun 2023, nilai ekspor ikan tuna Indonesia (termasuk bonito dan tuna) sebesar $927,2 juta atau 16,47% dari total nilai ekspor ikan Indonesia.

“Ini berarti konsumen global semakin sadar akan pentingnya produk tuna yang berkelanjutan. Dan kami memberi tahu dunia bahwa produk tuna yang dipasarkan Indonesia menerapkan prinsip-prinsip tersebut.”

KKP mengambil langkah untuk memperkenalkan tuna Indonesia ke kancah internasional

Budi mengatakan, KKP bermitra dengan Marine Stewardship Council (MSC), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang membantu mendorong pasar makanan laut berkelanjutan, khususnya tuna. Melalui koordinasi tersebut, sertifikasi MSC dilakukan untuk menjamin kelestarian stok dan dampak minimal terhadap ekosistem. Terdapat juga sertifikasi Chain of Custody (CoC) untuk memastikan dan melacak produk bersertifikat yang berasal dari sumber daya perikanan berkelanjutan.

“Sertifikasi CoC dapat diselesaikan oleh unit pengolahan ikan (UPI) jika menerapkan Stellina atau sistem ketertelusuran dan logistik ikan nasional,” jelasnya.

Budi mengatakan KKP berkomitmen memasarkan produk tuna berkelanjutan, melalui Seafood Expo North America (SENA) 2024 di Amerika Serikat dan Seafood Expo (SEG) 2024 di Spanyol. Dalam acara tersebut, kelompoknya menampilkan produk tuna bersertifikat yang mengikuti prinsip ketertelusuran dan keberlanjutan.

Ia mengatakan pengunjung Sinai tertarik dengan tuna asal Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan potensi peningkatan nilai pengiriman tuna sebesar 50,45% atau $29,50 juta dibandingkan total nilai $58,47 juta selama SINA 2024. Sedangkan di SEG, potensi nilai transaksi tuna sebesar 21,62% atau 13,79 dolar AS. juta dengan nilai total 63,8 juta dolar.

Selain itu, KKP juga mencanangkan tahun 2024 ini sebagai Tahun Tuna Indonesia untuk memperkenalkan ikan tuna Indonesia secara besar-besaran. Menurut dia, langkah tersebut merupakan komitmen pemerintah dalam memperkuat daya saing produk tuna di pasar domestik dan internasional, serta pengelolaan tuna berkelanjutan. Ia menghimbau masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan tuna berkelanjutan.

Dikatakannya: “Jika kita perhatikan, tuna akan selalu bergerak, dan jika berhenti maka akan mati. Oleh karena itu, kita juga harus mengamalkan ilmu tuna, yaitu terus melakukan untuk memaksimalkan peluang menjaga kelestarian tuna. Memberikan.”

Sehubungan dengan pengumuman Tuna Indonesia Tahun 2024 dengan Brand Seafood Indonesia; Diversifikasi Secara Alami: Aman dan Berkelanjutan dicapai oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Vahio Tringonu. Harapannya hal ini dapat terlaksana melalui koordinasi dan kerja sama seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat akses pasar dan manfaatnya. Bagi masyarakat Indonesia pada khususnya dan bagi masyarakat internasional pada umumnya.

Sementara itu, Direktur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran (Unpad), Yodi Nurul Ahsan mengakui besarnya potensi ikan tuna di Indonesia. Ia mengatakan sebaran spesies ini ada di Laut Banda, Bali, Jawa, Sumatera Barat.

Menurutnya, Indonesia mempunyai potensi besar untuk mengembangkan budidaya ikan tuna. Mereka juga percaya bahwa dukungan investasi harus terus berlanjut di sektor ini.

“Kita mempunyai potensi untuk mendorong budidaya tuna, khususnya tuna sirip kuning. Sekitar tahun 2010, pemerintah melakukan uji coba terhadap lift gondola UPT KKP. Saya rasa perlu dihidupkan kembali dan perbankan perlu dukungan, dan banyak investasi dari luar negeri.” kata Yudi.

Sekadar informasi, untuk mengelola sumber daya tuna secara berkelanjutan, khususnya di perairan ZEE dan laut lepas, diperlukan pengelolaan bersama antar negara melalui Regional Fisheries Management Organizations (RFMOs). Indonesia telah terlibat dalam perjanjian keanggotaan penuh dengan Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) sejak tahun 2007, Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) yang diluncurkan pada tahun 2008, dan Commission for Fisheries in the Western and Central Pacific (WCPFC) sejak tahun 2013, dan juga pernah bekerja sama dengan non-anggota (non-cooperative member) di Inter-American Tropical Tuna Commission (IATTC) sejak tahun 2013.

Saksikan video “Indonesia Aquaculture Business Forum 2024” (ega/ega)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *