SUARAMERDEKA.COM – Dengan semakin populernya dan mudahnya akses terhadap layanan paylater, nampaknya tidak hanya masyarakat berpenghasilan rendah saja yang menggunakannya.

Menariknya, banyak anak muda Singapura dengan pendapatan tinggi hingga S$10.000 atau sekitar Rp 119,56 juta (dengan kurs S$11.956) juga memilih metode pembayaran alternatif.

Sebuah studi gabungan yang dilakukan Institute of Policy Studies (IPS) dan Channel News Asia (CNA) menemukan bahwa hampir 7 dari 10 anak muda Singapura menggunakan layanan berbayar, termasuk mereka yang berpenghasilan tinggi.

Baca juga: Gerhana Matahari Total Akan Terulang Lagi! Catat tanggal di berbagai negara pada tahun 2024-2043.

Survei tersebut mensurvei orang-orang berusia 21 hingga 39 tahun untuk memahami pandangan keuangan dan perilaku anak muda Singapura.

Survei tersebut menemukan bahwa sekitar dua pertiga atau 65,4 persen anak muda menggunakan paylater.

Bahkan, anak muda yang berpenghasilan tinggi atau yang memiliki kartu kredit juga tidak kebal menggunakan layanan ini.

Baca juga: Kabar baik! BRIN menemukan harapan baru melawan infeksi SARS-CoV-2 dengan antibodi Spikebody

Salah satu alasan utama mengapa kaum muda, terutama mereka yang berpenghasilan tinggi, memilih membayar terlambat adalah untuk menghemat uang saat ini. Leon Tan (32), yang berpenghasilan S$10.000, mengatakan dia menggunakan layanan SPayLater dari Shopee dan Atome untuk membayar dengan mencicil.

Baginya, menggunakan paylater adalah langkah cerdas untuk menghemat uang saat ini, apalagi jika tidak dikenakan bunga.

Namun, peneliti IPS Dr Teo Kay Kee menjelaskan bahwa masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi cenderung memiliki lebih banyak likuiditas di rekening bank mereka, yang digunakan untuk berbagai pengeluaran.

Baca Juga: Agar Tak Bingung, Bawaslu Jelaskan Perbedaan Penting Pilkada Serentak 2024 dan 2020.

Dengan aliran pendapatan dan tabungan yang stabil, membeli dan membayar di kemudian hari kemungkinan besar tidak akan menimbulkan risiko finansial tambahan dan dianggap sebagai langkah yang cerdas.

Pada saat yang sama, mayoritas responden juga mengakui bahwa mereka terkena dampak kenaikan biaya hidup di Singapura.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *