Jakarta –

Jepang baru-baru ini melaporkan peningkatan sindrom syok toksik streptokokus (STSS) di negaranya. Tercatat pada Januari hingga Maret 2024, jumlah korban meninggal akibat STSS sebanyak 77 orang.

Sebenarnya apa itu STSS dan mengapa bisa menyebabkan kematian dan kesakitan? Berikut fakta mengenai STSS: 1 STSS merupakan komplikasi yang jarang terjadi

Sindrom STSS merupakan komplikasi langka dan fatal akibat infeksi “bakteri pemakan daging” Streptococcus Grup A atau Strep A, Guru Besar Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr Amin Soebandrio PhD SpMK Komplikasi ini terjadi ketika Streptococcus A menginfeksi tubuh Melalui luka terbuka di kulit, seperti yang mungkin terjadi

“Infeksi kelompok Streptococcus pertama kali masuk ke kulit, lalu ke otot. Biasanya masuk melalui luka dan merupakan infeksi ringan, namun jika tidak ditangani dengan baik, lama kelamaan bisa menyebar. Jika masuk ke jaringan di bawah kulit. 2024) Saat berbicara dengan Diticcom: “Ini berbahaya.”

Profesor Amin menjelaskan, infeksi bakteri tidak serta merta menyebabkan pasien terkena STSS dan menurutnya sebagian besar kasus infeksi Streptococcus A pada akhirnya akan sembuh dengan sendirinya.

Meski demikian, ia mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dan menjaga kebersihan luka tersebut. Jika Anda merasa mulai menunjukkan gejala infeksi yang meluas, sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat, itulah sebabnya bakteri ini disebut bakteri “pemakan daging”.

Istilah “bakteri pemakan daging” untuk Strep A mengacu pada kemampuan bakteri tersebut untuk menyebabkan komplikasi lain yang disebut necrotizing fasciitis (NF). NF terjadi ketika infeksi bakteri menyebabkan kematian dan kerusakan pada jaringan fasia pada otot sehingga tampak seolah-olah telah dimakan bakteri.

“Ya, kalau virus itu menginfeksi jaringan otot, bisa, kalau kata aslinya lyse yang artinya penghancuran dan pecahnya sel-sel otot.”

Kasus NF tidak semata-mata disebabkan oleh virus Strep A dan perlu diketahui juga bahwa infeksi bakteri ini tidak serta merta menyebabkan komplikasi NF, apalagi jika pengobatan yang tepat dilakukan sejak dini. Gejala infeksi streptokokus A

Profesor Amin menjelaskan, gejala infeksi bakteri Streptococcus A muncul secara perlahan sebelum terjadinya sindrom STSS. Perawatan yang segera dan tepat, kebersihan dan kekebalan yang baik dapat mencegah kondisi tersebut.

Gejala setelah terinfeksi strep antara lain nyeri, kemerahan, dan kesulitan menggerakkan otot. Selain itu, gejala sistemik seperti demam dan tekanan darah dapat menurun.

Dalam kasus yang parah, infeksi strep dapat menyebabkan sepsis atau reaksi berlebihan sistem kekebalan terhadap infeksi.

Tonton video “Mitos atau Fakta: Minum Kopi Membuat Anak Lebih Pendek”:

(afk/kanna)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *