Jakarta –

Peneliti Pusat Penelitian Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan spesies anggrek baru, Iridus obriana, endemik Sulawesi. Spesies ini menghasilkan bunga yang spektakuler dan terdaftar sebagai spesies yang terancam punah.

Penemuan jenis anggrek yang memiliki nama lokal Tiger’s Nail Orchid ini dipublikasikan di Edinburgh Botanical Journal pada Mei 2024.

“Spesies baru ini memiliki bunga yang menarik dengan kombinasi warna yang tidak biasa pada genusnya,” kata Peneliti BRIN Destario Metsala, Selasa (20/20) di situs resmi BRIN, dengan kelopak dan kelopak berwarna putih keunguan dan cerah kuning-hijau. bibir bunga ” Agustus 2024).

Sebelum ditemukannya spesies baru tersebut, Destario menjelaskan, ada lima spesies dari genus Elides yang tercatat ada di Indonesia. Diantaranya adalah spesies Iridus odorata yang tersebar luas di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan mulai dari Kepulauan Nusa Tenggara hingga Sulawesi, spesies Iridus A. timorana yang merupakan endemik wilayah Kepulauan Nusa Tenggara, dan tiga spesies endemik lainnya yang berasal dari Sulawesi . . A. hattonii, A. inflexa, A. tibautiana.

Destario menjelaskan, nama spesies baru tersebut, Obeliana, berasal dari nama mendiang Peter Oberyn. Beliau merupakan surveyor anggrek dan penulis berbagai referensi taksonomi anggrek di kawasan Asia Tenggara, khususnya Sulawesi.

Destario mengatakan, spesies baru tersebut hidup secara epifit di habitat aslinya, tumbuh di permukaan batang pohon, namun bukan merupakan parasit yang dapat membahayakan pohon inangnya. Ukuran bunga anggreknya juga tidak terlalu besar, tinggi batangnya yang berdaun hanya 10-16 cm.

“Daunnya berbentuk pita, panjangnya 4 sampai 13 cm. Memiliki banyak akar yang panjangnya mencapai 60 cm. Daun bertugas menyerap air dari udara, kulit kayu, dan area tersebut. Mengisi kembali air,” ujarnya.

Saat mekar penuh, lebar bunganya sekitar 2,4 hingga 2,6 cm. Sepal dan kelopaknya keras dan licin, bibirnya berbentuk kipas, dan bagian tengah daun (lobulus) terbagi menjadi empat ruang (lobulus) dengan tepi bergerigi.

“Anggrek ini juga memiliki rantai bunga (spora) yang melengkung dan biasanya memiliki nektar untuk penyerbukan oleh serangga,” ujarnya.

Habitat Aelides obilneana berupa tepi hutan semi terbuka dengan sirkulasi udara mudah dan intensitas cahaya sekitar 50-70%.

Ia mengatakan, morfologi daun yang panjang dan sempit, memiliki jaringan daun, dan terdapat kulit pada permukaan atas menunjukkan bahwa anggrek ini beradaptasi pada lingkungan dengan kelembaban rendah. Juga suhu tinggi dan intensitas cahaya.

Pak Destario menekankan, berdasarkan data sebaran saat ini, anggrek Arydus obeliana tergolong endemik Sulawesi dengan wilayah sebaran alami yang terbatas. Oleh karena itu, status konservasi spesies baru ini diusulkan untuk dimasukkan dalam kategori spesies terancam punah berdasarkan kriteria Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature).

Oleh karena itu, penting bagi berbagai pemangku kepentingan, termasuk komunitas peminat, untuk bersama-sama menerapkan tindakan konservasi berkelanjutan agar permata gurun ini tidak pernah hilang, kata D’Estalio. Tonton video “Pemerintah akan mendanai 2 kapal penelitian BRIN baru senilai Rs 1,4 triliun” (fem/fem)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *