Jakarta –
Sejumlah penelitian menunjukkan efek kesehatan dari senyawa kimia bisphenol A, atau BPA. Beberapa negara juga melarang dan membatasi penggunaan bahan kimia ini pada produk tertentu.
Negara-negara tersebut antara lain Kanada, Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, dan beberapa negara Asia seperti Malaysia, Tiongkok, dan Jepang. Negara-negara tersebut telah melarang penggunaan BPA pada produk bayi dan anak-anak, seperti botol bayi.
BPA diketahui merupakan senyawa kimia yang sering ditemukan pada produk plastik seperti botol minum, wadah makanan, toples pengalengan, dan galon yang dapat digunakan kembali. Jika galon terkena panas atau digunakan kembali, BPA dapat larut ke dalam air yang Anda minum setiap hari.
Studi terbaru menunjukkan bahwa paparan BPA mempunyai dampak signifikan terhadap kesehatan manusia. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Xenobiotics pada tahun 2023 menyoroti hubungan antara paparan BPA dan risiko gangguan serius pada pembuluh darah, otot, hati, ginjal, dan jantung.
Penelitian ini menunjukkan dampak paparan BPA yang dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan jaringan tubuh melalui berbagai jalur sinyal sel yang terkait dengan penyakit kardiovaskular atau kardiometabolik.
Studi lain yang dilakukan oleh National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS) pada tahun 2021 menunjukkan efek negatif BPA dosis rendah terhadap perubahan struktural di otak. Selain itu, para peneliti juga menemukan perubahan ekspresi gen yang terkait dengan diferensiasi seksual dan fungsi neuroendokrin di beberapa wilayah otak, seperti hipotalamus, hipokampus, dan amigdala, serta terbatasnya efek spesifik jenis kelamin pada pembelajaran dan memori.
Selain itu, sebuah artikel yang diterbitkan di jurnal Animals pada tahun 2023 menyoroti dampak kesehatan BPA yang lebih luas. Penelitian menunjukkan bahwa paparan BPA tidak hanya mengganggu sistem endokrin, namun dapat meningkatkan kemungkinan obesitas dan diabetes.
Demikian pula, makalah yang ditulis oleh Damascini Valvi dan diterbitkan oleh National Library of Medicine menemukan hubungan antara paparan BPA pada masa prenatal dan kasus obesitas pada masa kanak-kanak.
Bagaimana kebijakan penggunaan BPA di Indonesia, aturannya?
Di Indonesia, pemerintah belum sepenuhnya melarang penggunaan BPA. Namun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mewajibkan pelaku industri untuk memasang label peringatan pada wadah galon. Hal ini tertuang dalam Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 yang merujuk pada perubahan kedua atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 31 Tahun 2018 tentang Pelabelan Produk Olahan.
Peraturan BPOM ini dinilai sebagai langkah penting dalam melindungi kesehatan masyarakat. Apalagi mengingat risiko kesehatan yang bisa timbul akibat paparan BPA, terutama jika galon terkena panas atau digunakan kembali.
Kami berharap peraturan ini dapat membuat masyarakat lebih “sadar” akan bahaya BPA dan lebih bijak dalam memilih produk yang mereka gunakan sehari-hari. Penggunaan wadah bebas BPA dapat menjadi langkah preventif untuk mengurangi risiko Anda terpapar senyawa berbahaya tersebut. Selain itu, untuk melindungi kesehatan keluarga, produk yang digunakan harus memiliki label peringatan atau sertifikat bebas BPA.
Dengan semakin banyaknya negara yang melarang atau membatasi penggunaan BPA, serta semakin banyaknya penelitian yang menunjukkan dampak negatif BPA, kita perlu mewaspadai potensi bahaya senyawa ini.
Saatnya kita mencermati produk-produk yang kita gunakan, terutama yang berhubungan langsung dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Saksikan video “BPOM Kini Wajibkan Pelabelan BPA pada Galon Air Minum Dalam Kemasan” (ncm/ega)