Jakarta –
Qatar Airways telah mengadopsi kebijakan baru menyusul ledakan di Lebanon. Penumpang tidak diperbolehkan membawa pager dan walkie-talkie dalam penerbangan.
Pada Sabtu (21/9) VNews memberitakan ledakan pager dan radio bandit di Lebanon.
“Mengikuti instruksi Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil Republik Lebanon, seluruh penumpang yang berangkat dari Bandara Internasional Beirut Rafic Harril (BEY) dilarang membawa pager dan walkie-talkie ke dalam pesawat,” tulis Qatar Airways dalam X. Seksi pada Kamis (19/9).
Larangan tersebut berlaku untuk barang belanjaan dan bagasi kabin serta bagasi dan akan tetap berlaku hingga penghujung hari, tambah maskapai tersebut.
Serangan Hizbullah pada hari Selasa dan Rabu menewaskan 37 orang dan melukai hampir 3.000 orang, membanjiri rumah sakit di Lebanon dan menyebabkan kekacauan di antara kelompok tersebut.
Laporan kantor berita Reuters menyebutkan bahwa serangan itu mungkin dilakukan oleh badan intelijen Israel, Mossad. Namun Israel belum mengomentari secara langsung serangan tersebut.
Perburuan global telah diluncurkan untuk mencari tahu siapa yang memasok pager dan walkie-talkie kepada Hizbullah. Bagaimana dan dengan siapa serangan pager dilakukan belum diketahui, meskipun menurut Reuters, petunjuknya ada di Taiwan, Hongaria, dan Bulgaria.
Investigasi awal yang dilakukan pihak berwenang Lebanon mengungkapkan bahwa alat peledak tersebut ditanami bahan peledak sebelum tiba di negara tersebut.
Menurut Dewan Keamanan PBB melalui misi Lebanon untuk PBB, para pejabat juga mengkonfirmasi bahwa perangkat termasuk pager dan radio genggam diledakkan dengan mengirimkan pesan elektronik.
Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara akan bertemu Jumat depan untuk membahas ledakan tersebut. Tonton video “Qatar Airways jatuh dalam perjalanan ke Irlandia, 12 orang terluka” (bnl/bnl)