Jakarta –
Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono mengungkapkan banyak tantangan yang menyulitkan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, untuk tumbuh dari negara berpendapatan menengah menjadi negara berpendapatan tinggi atau maju.
“Perjalanan untuk menjadi negara berpendapatan tinggi bukanlah jalan yang mudah, apalagi di masa yang penuh gejolak ini,” kata Thomas pada Selasa di Seminar Internasional ASEAN dan Akademi Pertumbuhan di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat. /9). /2024).
Putra Presiden terpilih Prabowo Subianto ini menjelaskan beberapa tantangan yang dapat menyulitkan negara ini menjadi negara berpendapatan tinggi, antara lain ancaman perubahan iklim dan kemungkinan terjadinya pandemi lain yang dapat berdampak pada perekonomian.
“Ada sejumlah tantangan yang dapat mempersulit transisi menuju ekonomi berteknologi tinggi, seperti ancaman perubahan iklim dan kemungkinan epidemi lain yang mengancam dan mengganggu pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Tantangan lainnya adalah munculnya digitalisasi dan kecerdasan buatan (AI). Itu bisa mengganggu pekerjaan normal, katanya.
“Semua permasalahan ini harus dijadikan prioritas bagi seluruh negara ASEAN secepatnya,” ujarnya.
Selain tantangan ke depan, tantangan saat ini antara lain penuaan penduduk, rendahnya produktivitas, lemahnya daya saing, kesenjangan, lemahnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Thomas mengimbau kewaspadaan karena negara-negara ASEAN tidak kebal terhadap jebakan negara kelas menengah. Saat ini, hanya dua negara ASEAN yang dapat digolongkan sebagai negara berpendapatan tinggi, yakni Singapura dan Brunei Darussalam.
“Mengingat fakta ini, sangat penting bagi negara-negara berpendapatan menengah di ASEAN untuk mengembangkan strategi yang baik, jelas dan konkrit untuk menghindari jebakan negara-negara berpendapatan menengah dan secara bertahap bergerak menuju negara-negara berpendapatan lebih tinggi,” ujarnya.
Tonton juga video: Dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian digital Indonesia
(bantuan/kilogram)