Jakarta –

Menteri Keuangan Shri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diselimuti ketidakpastian. Salah satu pemicu utamanya adalah eskalasi konflik dan pertikaian antar negara yang menunjukkan tren meningkat.

Sri Mulyani mengatakan eskalasi konflik semakin meningkat dari bulan ke bulan. Hal inilah yang membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia semakin bekerja keras.

“Lingkungan perekonomian global dan nasional mempengaruhi kinerja dan memaksa APBN untuk bekerja keras untuk terus memenuhi fungsi distribusi, stabilisasi, dan distribusi untuk melindungi masyarakat dan perekonomian kita,” kata Shri Mulyani dalam konferensi pers APBN yang dikutip Kementerian Keuangan. Tayang di YouTube, Kamis (27/6/2024).

“Dalam perspektif global, eskalasi konflik dan ketegangan antar negara terus tumbuh atau meningkat dari bulan ke bulan,” lanjutnya.

Menurutnya, tren pertumbuhan tersebut disebabkan oleh serangkaian ketegangan geopolitik yang sedang melanda dunia. Mulai dari perang di Ukraina, krisis Timur Tengah, hingga rivalitas Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Situasi ini terus menciptakan momentum ketegangan.

“Baik karena siklus pemilu di masing-masing negara maupun suasana yang semakin meningkat, hal ini terus menimbulkan dinamika ketegangan. Hal ini akan dipengaruhi oleh ketidakpastian global yang sangat tinggi serta perubahan kebijakan industri, perdagangan, dan investasi beberapa negara,” jelasnya. . . .

Dalam konteks ini, kata Shri Mulyani, beberapa negara telah mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi kepentingan nasionalnya. Hal ini baik bagi industri yang dianggap strategis dan bagi perekonomian nasional.

Salah satunya adalah Amerika yang menerapkan CHIPS and Science Act (CSA) dan Inflation Reduction Act (IRA) untuk melindungi industri dalam negeri, disusul Eropa yang menciptakan European Green Deal (EGD) yang menerapkan insentif terkait industri. di India. . (PLI) dan Tiongkok juga melarang ekspor mineral penting

Sementara itu, dari segi hubungan antar negara dan keadaan hubungan dunia, menurut Shri Mulyani, terjadi perubahan yang sangat drastis dalam 5 tahun terakhir. Jumlah sanksi meningkat dan pembatasan perdagangan meningkat seiring dengan meningkatnya ketegangan dan persaingan ketat antar negara.

“Pada tahun 2019, jumlah sanksi dan pembatasan perdagangan meningkat dari 982 tindakan menjadi 3.000 tindakan. Hal ini akan semakin menimbulkan ketegangan dan melemahkan perdagangan dan investasi global,” ujarnya.

Sri Mulyani mengatakan, dalam situasi seperti ini, peran lembaga global semakin melemah karena masing-masing negara cenderung mengambil tindakan unilateral (sepihak). Atau jika terjadi perselisihan, penyelesaian atau perundingan biasanya dilakukan secara bilateral. (shc/kilo)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *