Jakarta –

Agrowisata Cagar Buah Condet bisa dikatakan merupakan benteng terakhir buah-buahan khas Jakarta. Terletak di Kramat Jati, Jakarta Timur, ditanami salak condet dan buah-buahan khas Jakarta lainnya.

Salak condet sulit ditemukan di pasar atau supermarket. Tanamannya masih ada, namun hanya di tempat tertentu saja. Salah satu yang mengembangkannya adalah Agroturisme Reserva Fruitera de Condet.

Dimana dan apa saja koleksi tanaman yang ada di agrowisata? Mengutip indonesia.go.id, terdapat beberapa tumbuhan dalam cagar budaya yang didominasi salak condet dan duku condet.

Kini Cagar Buah Condet tidak hanya sekedar taman, tapi juga bisa menjadi objek wisata dengan berbagai fasilitas yang dibangun di sana. Berikut 7 fakta agrowisata di Cagar Alam Fruites de Condet. 1. Tanah bekas penghuni

Agroturisme Reserva Fruitera del Condet memiliki luas 3,7 hektar. Lahan tersebut merupakan sisa lahan perkebunan milik warga asli Condet yang akhirnya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk dijadikan kawasan konservasi tanaman buah-buahan khas Betawi yakni salak condet dan duku condet.

2. Di tengah pemukiman

Bagi sebagian warga Jakarta, mungkin belum banyak yang mengetahui keberadaan perkebunan buah-buahan yang terletak di kawasan Condet, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Letaknya yang berada di tengah pemukiman padat penduduk membuat kebun buah ini tertutup dan tidak terlihat dari jalan utama.

Cagar buah ini meliputi Kecamatan Balekambang, Batu Ampar, dan Kampung Tengah. Merupakan areal tanam salak, duku dan tanaman sejenis lainnya yang sangat luas dan rindang milik puluhan warga asli Condet 3. Pusat Kebun Buah sejak lama

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh tim antropologi Fakultas Sastra (sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia pada tahun 1980, kawasan Condet merupakan kawasan pemukiman masyarakat budidaya padi dan buah-buahan sejak lama. sebelum abad ke-17.

Namun ketika kekuasaan Belanda mulai memasuki kawasan Condet pada abad ke-17, kawasan tersebut berturut-turut diakui sebagai tanah milik pemilik tanah Belanda D.W. Freyer dan keturunan keluarga Ament.

Pada masa pemerintahan Belanda, mereka membuat kebijakan mengenakan pajak yang tidak adil terhadap semua orang yang dibayar setiap minggunya. Jika masyarakat tidak membayar pajak, masyarakat akan dihukum kerja paksa dan harta bendanya akan disita.4. Sebelumnya permukaannya 300 Ha

Pada tahun 1970-an, luas tanam di kawasan Condet masih lebih dari 300 hektar. Mayoritas penduduknya masih mencari nafkah dengan berjualan hasil panen salak dan duku yang dijual langsung di pasar minggu.

Di Kecamatan Balekambang yang sama, pada tahun 1977, jumlah pohon salak mencapai 1.656.600 kelompok dan 2.383 pohon duku. Dari jumlah tersebut, panen tahunannya bisa mencapai 285,7 ton buah salak dan 44 ton buah duku.5. Hancur karena Waktu

Sejak dibukanya Jalan Tol Condet yang menjadi jalan utama beraspal, urbanisasi semakin pesat di kawasan Condet. Keadaan ini memicu terjadinya aktivitas jual beli lahan perkebunan akibat kenaikan harga tanah pada saat itu.

Masyarakat asli Condet pemilik tanah mulai tergoda untuk menjual tanahnya kepada pihak luar untuk memenuhi kebutuhan hidup, membiayai haji, dan memilih membeli tanah di luar Jakarta yang harganya lebih murah. Oleh pembeli tanah, lahan perkebunan diubah menjadi perumahan permanen atau semi permanen atau bangunan sewa 6. Tahun 1974 menjadi Cagar Buah

Pada tahun 1974, pada masa Ali Sadikin menjabat Gubernur DKI Jakarta, kawasan Condet ditetapkan sebagai cagar budaya dan buah Betawi melalui Keputusan Gubernur No. D.IV-1V-115/e/3/1974.

Namun, hal ini tidak berlangsung lama. Seiring pergantian gubernur dan perubahan kebijakan, Condet semakin dilupakan. Hingga akhirnya pada tahun 2004, keluarlah keputusan gubernur yang memerintahkan pemindahan warisan budaya Betawi ke Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan.7. 3,7 Ha tersisa

Baru pada tahun 2007, setelah pemerintah mengambil alih kepemilikan perkebunan, lahan perkebunan dibuka dan mulai dibangun pagar besi setinggi dua meter di sekeliling areal kebun.

Kebun buah ini kini dikenal dengan nama Cagar Buah Condet yang terletak di tepian Sungai Ciliwung, tepatnya di Jalan Kayu Manis RT 07 RW 05, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.

Keberadaan kebun Condet yang kini hanya seluas 3,7 hektare dari luas awal lebih dari 300 hektare, menjadi harapan bagi ibu kota Jakarta yang sudah dipenuhi hutan beton dan beraspal. daerah, bahwa akan ada daerah hijau yang nyata.

Pada tahun 2016, Cagar Alam Fruita Condet telah mempunyai fasilitas berupa rumah bibit, kantor pengelola, jalan setapak, bangku pengunjung dan penerangan. Salah satu tujuan ditawarkannya fasilitas tersebut adalah untuk menarik masyarakat khususnya warga Jakarta agar mau mengunjungi salah satu warisan budaya asli Betawi tersebut. Hal ini ditegaskan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 646 Tahun 2016 yang mengatur tentang Percepatan Peninggalan Warisan Budaya dan Buah Asli Condet.

Tanaman salak condet mendominasi disana, disusul duku condet, pohon gandaria, kapuk, kopi, kokosan, buni, menteng, melinjo, lowa, enau, rambutan, cimpedak, nangka, mangga, belimbing, jambu biji, kelengkeng, durian, bacang, sawo , mahkota dewa dan buah markisa.

Selain itu, terdapat puluhan jenis tanaman obat yang juga melengkapi keanekaragaman flora di kawasan cagar alam, seperti jarak pagar, binahong, gondola, angsana, sirip Tujuh, patikan kebo, ketepeng, sugi, jahe merah, miana, merah. inai. , dan kelor. Saksikan video “Kendaraan Menuju Taman Margasatwa Ragunan Sore Ini Berkelok-kelok” (fem/fem)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *