Jakarta –
Di beberapa negara, populasi perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Bahkan persentasenya mencapai lebih dari 50 persen.
Kesenjangan gender ini menyulitkan pemerintah untuk mempertahankan angka kelahiran yang baik seiring bertambahnya usia masyarakat. Berbagai faktor menjadi penyebab kesenjangan tersebut, termasuk perang, budaya, politik, dan genetika.
Data World Atlas merinci setidaknya ada lima negara yang mengalami kesenjangan gender. Armenia: 55,4% adalah perempuan
Negara kuno Armenia mengalami banyak perubahan pada abad ke-20. Kekuasaan Soviet dan perang dengan negara tetangga tidak membawa manfaat apapun bagi negara. Namun, kekurangan laki-laki di Armenia sebagian besar disebabkan oleh dampak Genosida Armenia, yang terjadi selama dan setelah Perang Dunia Pertama. Saat masih di bawah kekuasaan Turki dan Ottoman, 1,5 juta warga Armenia terbunuh dalam pembantaian atau pembantaian di gurun Suriah. Pembunuhan tersebut begitu terorganisir dan teratur sehingga peristiwa ini menjadi alasan munculnya kata “genosida”. Berbagai catatan menunjukkan bahwa sebagian besar laki-laki menjadi korban.
Krisis ekonomi yang terjadi baru-baru ini juga memaksa laki-laki Amerika untuk pergi bekerja. Saat ini, terdapat komunitas Armenia yang besar di seluruh dunia. Rusia, Perancis dan Amerika mempunyai populasi orang Armenia yang besar. Ukraina: 54,40% perempuan
Dalam situasi di Ukraina saat ini, dengan berlanjutnya perang dan meningkatnya jumlah korban dan luka-luka, kemungkinan besar perbedaan antara laki-laki dan perempuan akan semakin meningkat. Terlepas dari suramnya Ukraina modern, kekurangan tenaga kerja telah menjadi masalah jauh sebelum perang antara Rusia dimulai.
Banyak sejarawan percaya bahwa Perang Dunia Kedua menyebabkan kehancuran di Ukraina yang belum kembali ke tingkat sebelum tahun 1941, sebuah tren yang sepertinya tidak akan berbalik dalam waktu dekat. Belarusia: 53,99% perempuan
Belarus masih terluka di masa lalu, salah satu masa tergelap di Eropa Timur. Wilayah ini terletak di perbatasan Nazi Jerman dan hancur total selama Perang Dunia Kedua. Banyak, bahkan lebih dari seperempat penduduk, meninggal.
Belarus adalah salah satu negara termiskin di Eropa dan diktator terakhir di benua ini. Mata pencaharian rendah dan prospek ekonomi buruk. Hal ini memaksa banyak generasi muda mengungsi ke negara-negara Eropa lainnya. Latvia: 53,57% adalah perempuan
Latvia, yang terletak di pantai Baltik, adalah negara kecil di Eropa dengan jumlah pria dan wanita terbanyak kedua di dunia. Kesenjangan ini terjadi karena banyak kecelakaan yang dilakukan sendiri dan umum terjadi pada laki-laki di belahan dunia ini. Pria Latvia biasanya minum dan merokok.
Kegiatan tersebut berkontribusi terhadap berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung dan berbagai jenis kanker. Harapan hidup rata-rata laki-laki di Latvia adalah sekitar 68 tahun dan perempuan di atas 10 tahun adalah 78 tahun. Angka bunuh diri juga lebih tinggi pada pria. Ini adalah tren mengkhawatirkan yang terjadi di sebagian besar negara di dunia. Rusia: 53,55% perempuan
Seperti negara tetangganya, Ukraina, Rusia melihat kesenjangan gender sebagai efek samping dari Perang Dunia II. Uni Soviet melaporkan bahwa jumlah korban tewas dan luka terbanyak di negara mana pun selama perang adalah 27 juta orang. Namun, sejarah buruk Rusia bukan satu-satunya alasan meningkatnya jumlah perempuan. Seperti orang Estonia dan Lituania, pria Rusia juga rentan terhadap alkoholisme. Situasi ini memburuk setelah runtuhnya Uni Soviet pada awal tahun 1990an. Selama 30 tahun terakhir, sebagian besar pria di Rusia mengalami dampak jangka panjang dari penyalahgunaan alkohol dan penggunaan rokok setiap hari. Video “Populasi China Menurun, Mengapa Masyarakat Menolak Punya Anak?” (tidak ada / tidak ada)