Jakarta –
Alfamart merupakan salah satu pasar kecil dengan jaringan luas di Indonesia. Alfamart bahkan memperluas jangkauannya dan membuka cabang di Filipina. Anak-anak pasti bertanya siapa sebenarnya pemilik Alfamart ini? Seberapa kaya dia?
Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah Djoko Susanto. Ya, Djoko Susanto adalah pemilik Alfamart, jaringan retail yang tersebar di berbagai daerah dan pelosok Indonesia.
Namun Alfamart yang dimiliki oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk saat ini diasuh oleh dua anak Djoko, yakni Feny Djoko Susanto sebagai Ketua Komisi dan Budi Djoko Susanto sebagai Komisaris.
Djoko Susanto sendiri termasuk orang terkaya di Indonesia. Berdasarkan data Forbes Real-Time Billionaires per 27 Juli 2024, kekayaannya sebesar 4,1 miliar USD atau setara Rp 65,6 triliun (kurs Rp 16.000). Laporan tersebut menempatkan Djoko Susanto sebagai orang terkaya kesembilan di Indonesia.
Kekayaan ini diperoleh dengan susah payah untuknya. Djoko merupakan anak keenam dari 10 bersaudara. Ia hanya mengenyam pendidikan dasar di balik kesuksesannya sebagai pemilik toko retail hingga ia memutuskan untuk mengurus kios keluarganya di Pasar Arjuna di Jakarta.
Pada usia 17 tahun, Joko mulai menjalankan warung jajanan. Ia juga berjualan rokok dan membuka beberapa warung makan. Bisnis kelontong berjalan lancar, 560 toko telah berhasil dibuka di berbagai pasar tradisional.
Namun kungfu ini tidak sesederhana membalikkan telapak tangan. Pada tahun 1976, terjadi kebakaran yang menghancurkan kios Jokowi di Pasar Arjuna yang mengakibatkan hilangnya 80-90% dananya.
Pengalaman tersebut tidak menyurutkan semangat Djok yang dalam waktu relatif singkat mulai bangkit dari situasi kurang menguntungkan. Hingga usahanya kembali seperti semula dan dikembangkan inovasi lebih lanjut yaitu dengan menjual rokok. Menurutnya, rokok selalu menjadi barang yang laris dan banyak diminati saat itu.
Choco berhasil menarik banyak pelanggan sehingga menarik perhatian Putera Sampoerna yang saat itu merupakan pemilik perusahaan tembakau dan cengkeh terbesar di Tanah Air. Mereka bertemu pada tahun 1980 dan lima tahun kemudian sepakat untuk bekerja sama. Terakhir, 15 kios rokok berhasil dibuka di Jakarta.
Ia sukses membuka beberapa jaringan retail dan menarik perhatian raja rokok Puter Sampoern.
Keduanya akhirnya membuka beberapa toko dan supermarket bersama. Saat Putera Sampoerna menjual bisnis rokoknya kepada Philip Morris, Joko fokus mengembangkan bisnis ritelnya. (FNL/FNL)