Jakarta –

Cuaca panas ekstrem melanda sejumlah negara dalam beberapa pekan terakhir. Jutaan orang yang tinggal di beberapa negara di dunia terkena dampak gelombang panas yang sedang berlangsung.

Akibatnya, beberapa sekolah terpaksa ditutup agar siswanya tidak terkena panas yang berbahaya bagi kesehatan. Faktanya, panas ekstrem ini menyebabkan kematian. Thailand

Pemerintah Thailand mengeluarkan peringatan cuaca panas baru pada Kamis (25/04/2024). Kematian akibat heatstroke atau sengatan panas mencapai 30 orang.

Administrasi Metropolitan Bangkok telah mengeluarkan peringatan panas ekstrem karena indeks panas diperkirakan akan meningkat di atas 52 derajat Celcius. Kondisi ini dinilai sangat berbahaya

Kematian akibat panas ekstrem juga dilaporkan di negara bagian Kerala, India. Pada Senin (29/4) dilaporkan ada dua orang yang meninggal dunia.

Suhu terik di India melonjak hingga mencapai rekor 41 derajat Celcius, 5,5 derajat Celcius di atas suhu normal. Korban tewas adalah seorang pria berusia 53 tahun dan seorang wanita berusia 90 tahun.

Meski demikian, pemeriksa medis masih menyelidiki kemungkinan penyebab kematian lainnya.

“Kami belum bisa memastikan apakah kematian ini disebabkan oleh panas. Proses medis untuk menyelidiki kematian tersebut sedang berlangsung,” kata petugas manajemen bencana negara Shekhar Kuriakose di ibu kota negara bagian, Thiruvananthapuram, seperti dikutip oleh CNA.Palestina

Baru-baru ini, Kepala Badan Pengungsi PBB (UNRWA), Philip Lazzarini, menyebutkan dua anak di Jalur Gaza, Palestina, meninggal dunia akibat kepanasan.

“Kami mendapat laporan, setidaknya ada dua anak yang meninggal dunia akibat kepanasan,” kata Lazzarini dalam unggahannya, Sabtu X (27/4).

Lazzarini mengatakan, Jalur Gaza dilanda panas terik dalam beberapa hari terakhir sehingga menimbulkan kekhawatiran yang semakin meningkat di wilayah tersebut. Saat ini, sekitar 1,5 juta warga Palestina di Rafah tinggal di bangunan kaca yang mampu menghantarkan panas.

Ketika suhu meningkat, kondisi warga Gaza semakin buruk. Di sana, masyarakat hanya bisa mendapat kurang dari 1 liter air per orang.

“Masyarakat mempunyai akses terhadap kurang dari satu liter air per orang untuk minum, mencuci dan mandi. Minimalnya harus 15 liter sesuai standar Sphere,” tulis UNRWA. Tonton video “Siswa dan guru di Kamboja mengeluh pusing dan tidak enak badan karena kepanasan” (sao/suc)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *