Jakarta –
Otoritas Regulasi Perjudian Filipina (Philippine Amusement and Gaming Corp/PAGCOR) membatalkan lisensi semua perusahaan perjudian online asing (Judal) yang beroperasi di negara tersebut. Sebagian besar perusahaan perjudian online asing ini berasal dari Tiongkok.
Langkah tersebut menyusul perintah Presiden Ferdinand Marcos pada Selasa (23/7/2024), untuk menutup semua operator game luar negeri Filipina (operator game di luar Filipina/POGO), lapor Reuters.
“Tidak ada kendala dalam proses penutupan POGO karena saya bisa menggunakan isu keamanan nasional dan perintah presiden (sebagai alasan penutupan),” kata Ketua PAGCOR, Alejandro Tengco.
Tentu saja regulator juga mengambil langkah ini karena tekanan yang kuat dari Tiongkok. Sebab hingga saat ini POGO banyak menargetkan warga Tiongkok sebagai pelanggannya. Karena perilaku perjudian online semacam ini dilarang di negara tersebut.
Oleh karena itu, menurut Tengco, permasalahan utama saat ini bukanlah menutup perusahaan game online asing tersebut, melainkan bagaimana mencegah perusahaan tersebut beroperasi kembali secara diam-diam.
Pasalnya selama ini pemerintah Filipina diperkirakan kehilangan 23 miliar peso (US$400 juta atau Rp 6,48 triliun) setiap tahunnya dari biaya lisensi dan pajak atas POGO ilegal tersebut.
Sekadar informasi, industri perjudian online di Filipina telah ada sejak tahun 2016. Karena undang-undang negara tersebut ‘ramah’ terhadap perjudian, banyak rumah perjudian asing bermunculan selama bertahun-tahun.
Pada puncaknya, terdapat sekitar 300 POGO di Filipina. Namun karena pandemi dan peraturan perpajakan yang ketat, banyak perusahaan memilih beroperasi secara diam-diam atau ilegal.
Saat ini hanya 42 perusahaan zoodol asing yang beroperasi dengan izin, mempekerjakan sekitar 63.000 orang Filipina dan orang asing. Situasi ini menunjukkan betapa besarnya industri perjudian online di tanah air yang ibarat sarang bandar judi. (fdl/fdl)